Technology

3/Technology/post-list
Showing posts with label suroboyo bus. Show all posts
Showing posts with label suroboyo bus. Show all posts

Jumat Berkah ke Klaska, Pulang ke Rumah Macet Tak Terkira

Ke Surabaya lagi tanggal 6 Maret 2020, tentu dengan tujuan, bukan tanpa alasan apalagi sekadar jalan-jalan. Berangkat pagi menumpang kereta komuter Sulam pukul 06.00. Senin awal pekan sebenarnya saya hendak bertolak ke Surabaya untuk urusan serupa, tetapi batal mengingat tiket ludes terjual. Memang nahas karena aplikasi KAI Access tak bisa saya pergunakan, entah kenapa selalu time out.

Hari Selasa hingga Kamis Bunda XI punya agenda di perpustakaan daerah, ikut workshop yang dihelat Balai Bahasa Surabaya. Jadi tak mungkin saya ke Surabaya selama tiga hari itu mengingat harus ada yang bertugas menjemput duo Xi. Alhamdulillah acara Bunda lancar dan Jumat pagi saya bisa berangkat ke Surabaya dengan menumpang komuter Sulam.

Naik Suroboyo Bus lagi

Tiba di Pasar Turi pukul 7 lewat sekian menit, saya langsung berjalan kaki ke Halte Pasar Turi yang terletak tepat di sebelah Monumen Tugu Pahlawan. Dari sana saya bergerak ke kampus UINSA di Wonocolo dengan menumpang Suroboyo Bus. Irit, cepat, dan nyaman. Untunglah masih ada stiker yang bisa dipakai sebagai tiket. Saya bahkan ketemu kenalan baru di atas bus yang juga bertolak dari Lamongan menuju Taman Bungkul untuk bertemu rekan kerjanya.

Mampir di kampus setelah menumpang Suroboyo Bus
Sesampai di Kampus Uinsa, saatnya bersih-bersih dan shalat sebentar. Jumat pagi di masjid kampus rupanya diadakan khatmil Quran yang dilakukan oleh para mahahsiswi. Tapi bukan itu yang mengherankan saya. Sewaktu memasuki gerbang kampus, ada sekelompok mahasiswa, yang belakangan saya ketahui dari pascasarjana Ekonomi Syariah, tengah menjajakan nasi bungkus secara murah meriah bahkan cuma-cuma.

Gerai makan gratis 

Siapa pun yang lewat boleh mengambil nasi untuk ditukar dengan harga sesuai kemampuan. Waktu saya keluar, saya sempat bercakap dengan mereka. Rupanya mereka rutin menghelat acara seperti itu setiap pekan, atau sudah memasuki sekian pekan. Saya salut dan mengambil foto mereka sembari menceritakan bahwa saya pun bergiat dalam komunitas serupa bernama Nasi Bungkus Community di Lamongan. Namun semuanya gratis tanpa bayar sepeser pun karena ada dukungan donatur tetap.

Selesai urusan di Uinsa, saya meluncur ke depan kampus Ubhara untuk bertolak ke Royal Plaza tempat saya menanti Abang Grab. Ivon dan temannya sedang dalam perjalanan ke Klaska Residence dari Stasiun Wonokromo. Saya pun menuju ke apartemen besutan Sinar Mas Land itu untuk menjemput hadiah. Hadiah kedua lomba blog yang diselenggarakan oleh Klaska beberapa pekan sebelumnya.

Hadiah bikin wajah semringah.
Alhamdulillah, sebuah Mi earbuds, kalender, tumblr keren, dan voucher spa saya terima dengan lancar. Kami berfoto lalu berpisah. Mama Ivon bergerak ke Terminal Bungur menuju Malang. Saya kembali ke Uinsa karena waktu Jumatan segera tiba. Selepas Jumatan, makan siang andalan ya di mana lagi selain Warung Tegal yang bikin kangen Bogor. Menu dan display-nya memang khas. Harganya murah meriah, porsi banyak, rasa ya lumayanlah.

Lama di jalan

Selepas Asar pulang ke Stasiun Pasar Turi. Namun kehabisan tiket karena akhir pekan. Balik lagi ke arah Wonocolo, lanjut ke Terminal Purabaya. Butuh waktu 3 jam untuk sampai di sana. Berangkat dari Pasar Turi jam setengah empat, sampai di Purabaya jam setengah 7. Sungguh sangat lama akibat hujan dan kemacetan.

Pulang ke Lamongan pun terhambat. Jalur dialihkan ke Meranti Gresik alih-alih jalan tol seperti biasa. Harusnya satu jam tiba, tapi sampai 2 jam. Ya sudah, akhirnya sampai rumah, alhamdulillah. Capai sungguh mendera, langsung mandi dan shalat. Tidur angler sampai esoknya kesiangan. Batal jadi imam Subuh di masjid.

Jumat berkah menjemput hadiah ke Klaska Residence walau pulang ke rumah cukup lama.

Share:

Jalan-jalan ke Surabaya Lagi: Liputan Acer dan Makan di Warteg

HARI SABTU tanggal 23 November lalu saya kembali bepergian ke Surabaya. Sejak pindah ke Lamongan, Kota Pahlawan memang sering banget jadi tujuan karena di sanalah dihelat banyak acara seputar blogging atau peluncuran produk. Tak terkecuali hari Sabtu menjelang akhir bulan tersebut.

Meskipun Sabtu bukanlah waktu ideal untuk berkunjung ke Surabaya, saya harus bersemangat meluncur ke sana. Ya bagaimana tidak, semua itu demi asap dapur yang terus berkepul, hehe. Undangan meliput acara hampir selalu datang pada hari Sabtu atau akhir pekan. Surabaya sebagai kota besar, bisa diduga, selalu diwarnai kemacetan sejak siang hingga malam.

Sulam dan SB penyelamat kantong

Untunglah kereta api komuter Sulam alias Surabaya Lamongan sekarang beroperasi cukup sering. Masing-masing 3 kali dari dan ke Surabaya. Selain murah meriah, perjalanan menggunakan kereta komuter sangat menghemat waktu. Tak dapat kursi pun, perjalanan masih terbilang nyaman karena di dalamnya dilengkapi AC atau pendingin ruangan dan relatif cepat sampai dibandingkan bus.

Suroboyo Bus, moda transportasi umum yang hemat dan nyaman

Apalagi sekarang ada Suroboyo Bus (SB), inovasi pemerintah kota Surabaya yang jempolan banget. Bukan hanya mengoneksikan banyak tempat atau jalur penting, moda massal ini bisa ditumpangi cukup dengan menyerahkan sampah botol atau gelas air mineral. 10 gelas plastik sungguh sangat mudah didapat karena kini banyak masjid atau tempat umum yang menyediakan fasilitas air minum gratis. Tinggal pungut dan simpan di rumah untuk ditukar. 

Prosedur penukaran dan cara naiknya pernah saya bahas dalam blogpost berjudul "Cara Naik Suroboyo Bus dan 4 Alasan Kenapa Kalian Harus Mencobanya".  

Ngopi dan hape tertinggal

Setelah menumpang kereta pagi yaitu Komuter Sulam dan turun di Pasar Turi, saya bergegas ke Halte SB untuk membawa saya menuju kampus UINSA di kawasan Wonocolo. Lalu lintas rupanya lancar, mungkin karena masih cukup pagi. Setelah rehat sejenak di masjid kampus, seorang kawan menghampiri dengan maksud bisa minum kopi bersama di kedai tak jauh dari rumahnya.


Tiba di warkop, kami memesan kopi hitam dalam cangkir. Percakapan meluncur begitu saja, seputar banyak hal, mulai dari cerita masa lalu sewaktu SMA hingga soal dunia menulis yang sama-sama kami geluti. Perut lapar sebenarnya tapi tak ada nasi yang menarik untuk disantap di wakop itu. Kami pun lanjut mengobrol sampai seorang pembeli datang dan menumpang charging atau mengecas ponselnya.


Seketika saya jadi teringat pada hape Asus yang ternyata tertinggal di masjid kampus. Saya minta Ihya, teman saya itu, untuk memacu kendaraan dengan kilat menuju kampus. Saya ingat ponsel saya terakhir saya letakkan di bibir serambi saat saya memakai sepatu. Saya berbegas menemui Ihya di luar gerbang kampus karena tak bisa masuk tanpa STNK.


Syukur alhamdulillah, meskipun cukup lama tertinggal di sana, ponsel saya masih tergeletak aman. Berada di dekat sebuah helm entah milik siapa. Saya raih dan kembali ke motor Ihya untuk melanjutkan ngopi di warkop sebelumnya. Sungguh senang sekaligus deg-degan.


Mal Royal Plaza, strategis dan bisa ke mana-mana

Sabtu mendebarkan

Selepas shalat Zuhur, kami beranjak meninggalkan warkop. Dia akan mengantar saya ke resto tempat saya meliput acara hari itu. Tiba di jalan raya agak jauh, saya baru teringat bahwa hape saya ketinggalan lagi di warkop saat saya menumpang charging karena saya tak membawa charger. Begitu tiba di warkop lagi, alhamdulillah, hape aman. Saya ambil dan permisi. Coba kalau saya tidak membonceng Ihya, mungkin bakal jalan kaki atau bahkan lari agar bisa sehat dan cepat hehe.

Begitulah sepenggal kisah Sabtu yang penuh drama mendebarkan. Selepas liputan saya menginap di rumah Ihya karena Minggu pagi saya akan bertolak ke Madiun untuk ikut Kelas Inspirasi. Mengingat Ihya ada perlu ke Tulungagung pagi hari, saya akhirnya minta diturunkan di depan Royal Plaza untuk menunggu Suroboyo Bus menuju KBS, tempat saya kemudian memesan ojek daring menuju Stasiun Wonokromo.
Share:

Sample Text

Copyright © biografi seorang pelupa | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com