Technology

3/Technology/post-list

Beberapa Alasan Orang Tidak Mengungsi Saat Rumahnya Kebanjiran

Pekan ini menjadi waktu yang berat buat kami sekeluarga. Hujan deras selama tiga hari membuat banjir tak bisa kami hindari. Banjir menjadi hal mengejutkan karena saya yang sejak kecil tinggal di Lamongan tak sekali pun pernah kebanjiran. Apalagi banjir di perumahan kali ini cukup parah: air sampai masuk ke rumah di atas mata kaki orang dewasa kira-kira setinggi 20 cm.

Tahun lalu rumah kami nyaris kebanjiran, air tergenang di jalan depan, tak sampai masuk ke teras. Tahun ini jauh berbeda. Bukan hanya genangan yang lebih dalam, tapi cakupannya begitu luas. Mulai dari teras, ruang tamu dan kamar tidur, hingga kamar mandi dan dapur. Teras diserang air dari arah depan, yang kebanyakan akibat luberan air tambak. Ruang tamu dan kamar tidur kebanjiran karena air merembes dari tepian ubin yang mungkin tak rapat. Sementara dapur terendam akibat tumpahan air dari lubang pembuangan ke selokan.

Banjir tak bisa dihindari, manusia sudah turut lalai.

5 alasan orang tak mengungsi

Karena tak bisa beraktivitas normal, kami pun memutuskan mengungsi ke rumah adik yang juga dihuni ibu. Tempatnya lebh tinggi dan sama sekali belum pernah kebanjiran. Berbeda dengan kecamatan kota yang ternyata langganan banjir. Walaupun kami mengungsi, ada pula sejumlah warga dan tetangga yang memilih bertahan di perumahan dengan berbagai alasan.

1 | Tak ada tempat lain

Sebagian tidak mengungsi karena mereka tak punya pilihan lagi selain bertahan di rumahnya yang kebanjiran. Mungkin orangtuanya jauh, atau tak mungkin pindah ke penginapan karena faktor biaya. Akhirnya mereka memilih berdiam di blok rumah masing-masing dengan membentuk posko di rumah yang tidak kemasukan air.

2 | Menikmati kebersamaan

Alasan lain mengapa orang tidak mengungsi walaupun rumahnya kebanjiran adalah ingin menikmati momen kebersamaan bersama tetangga. Itulah yang saya tangkap dari sekilas pandang saat mengevakuasi barang kemarin siang. Kapan lagi mereka bisa melewati masa berharga dengan memasak bersama dan tinggal begitu berdekatan.

Sayangnya, ini malah bertentangan dengan larangan physical distancing yang digencarkan pemerintah akibat wabah corona yang tengah mendera. Bukan hanya potensi wabah yang mengintai, tetapi ancaman penyakit lain juga ada. Gatal-gatal adalah problem utama. Belum lagi masalah medis akibat sanitasi yang tidak steril. Lebih-lebih jika ada penghuni balita atau manula, bahayanyaa bisa berlipat ganda.

3 | Menjaga barang

“Saya dan istri tidur di sini khawatir kalau-kalau air datang jadi nanti kami bisa urus barang,” ujar seorang tetangga kemarin. Anak balitanya sudah diungsikan ke rumah orangtua mereka. Walaupun saya memahami bahwa kehilangan barang itu berat, tapi membayangkan terbatasnya aktivitas akibat kepungan banjir jauh lebih sulit.

Kalau boleh jujur, langkah hebat seperti apa yang bisa dilakukan saat banjir bandang datang misalnya? Ya mungkin saat ada orang jahat yang akan mengangkut barang berharga, kita bisa mencegahnya karena ada yang menjaga di rumah itu.

4 | Repot evakuasi

Kepungan banjir di perumahan kami memang terbilang parah. Air di jalanan bervariasi tingginya, rata-rata setinggi lutut hingga pangkal paha. Menurut saya yang belum pernah kebanjiran, sungguh merepotkan. Nah, inilah alasan orang tak mau mengungsi. Seperti tetangga kami yang lain. Mereka enggan mengevakuasi diri karena terbayang repotnya membawa barang.

Tentunya barang tak perlu dibawa semua. Pilih saja barang yang benar-benar penting untuk diselamatkan. Sisanya yang terlalu berat dan tak mungkin dibawa saat menembus banjir ditinggal saja. Ya pasrah sama Tuhan akan diapakan, sambil menanti perkembangan berikutnya. Itulah yang kami lakukan akhirnya. Barang-barang kami masukkan ke dalam container plastik besar lalu didorong oleh anak-anak karena container itu mengapung di permukaan air.

Memang harus berkorban karena kami harus berjalan kaki dari rumah menuju pos satpam yang tidak kebanjiran. Cukup menantanga karena genangan air semakin dalam. Kendaraan rodaa dua atau empat tak bisa jalan, jadi harus ditinggal. Demi bisa beraktivitas normal, terutama menggunakan kamar mandi dan masak, kami pun menempuh jalan berat itu. Perjalanan kira-kira sejauh 1 kilometer.

5 | Yakin banjir segera surut

Beberapa orang meyakini banjir akan segera surut sehingga mereka bertahan di rumah yang kebanjiran. Banjir di kota kami konon sudah biasa, tapi tidak bagi kami yang belasan tahun tak pernah kebanjiran di Bogor. Lamongan bagian kota memang lumrah diserang banjir, tapi tentunya ada solusi yang bisa digagas kan? Tapi entah apa itu.

Semoga banjir segera surut dan hujan sementara ditahan untuk tidak turun lagi. Kalaupun turun ya jangan terlalu deras, hehe. Ini sungguh manusiawi, permintaan macam-macam seolah mengatur Tuhan demi kepentingan duniawi padahal kepentingan akhirat sering dilalaikan, bahkan secara sengaja atau malah dinikmati. 

Pelajaran berharga dari banjir: alam sudah lelah dizalimi manusia, manusia harus belajar merelakan yang dicintainya. Terlalu banyak manusia meminta tetapi enggan membalas kebaikan kepada alam dengan menjaga kesimbangannya. Sudah saatnya manusia kembali tersungkur, mengakui kebodohan dan keterbatasan dengan memperbaiki perilaku. 

Share:

Orang Terpandai di Dunia

Waktu SMP kelas 2 saya sempat ikut tes IQ untuk kali pertama. Hasilnya lumayan, di atas rata-rata, kalau tak salah 113. Konon skor rata-rata adalah 100 sehingga semakin besar skor yang dicetak semakin cerdas pula orang itu. Namun satu hal yang perlu dicatat, signifikansi tes IQ atau Intelligence Quotient masih belum bisa dipastikan.

Singkat kata, besar atau kecil skor dalam tes IQ belum tentu menunjukkan kepandaian seseorang. Seandainya sewaktu Wolfgang Amadeus Mozart dan Charles Darwin masih hidup sudah ditemukan metode tes IQ, mereka terbilang sangat genius karena skornya diperkirakan mencapai 160-170. Wow banget kan?

Wanita terpandai di dunia, Marilyn vos Savant, dengan IQ 228 saat umur 10 tahun! (Sumber foto: indozone dot id)

Maka dunia pun terkagum ketika ada seorang anak berumur 10 tahun yang IQ-nya mencapai 228 yang berarti puluhan poin melampaui para genius yang kita kenal selama ini. Dialah Marilyn vos Savant, wanita kelahiran tahun 1946 yang kemudian mengenyam perkuliahan di Washington State University. Sayangnya Savant tidak bertahan lama di kampus karena bosan dengan kehidupan akademik.

Memilih jadi penulis

Hanya dua tahun ia berkuliah karena lebih terobsesi menjadi penulisan. Ia lalu menggeluti bidang keuangan dan investasi. Dalam waktu lima tahun dia ternyata mampu mengumpulkan cukup uang untuk menekuninya obsesinya sebagai penulis penuh waktu. Dia pun menelurkan buku pertamanya tahun 1990 berjudul Brain Building: Exercising Yourself Smarter.

Sejak saat itu, dia berhasil menerbitkan lebih dari 20 buku yang kemudian diterjemahkan ke dalam banyak bahasa asing. Salah satu bukunya yang fenomenal adalah Growing Up: a Classic American Childhood di mana ia menuturkan bahwa peluang anak-anak untuk sukses di masa depabln akan meningkat jika mereka memiliki tujuan yang jelas sejak belia. Yang paling penting, masih menurut Savant, kekalahan adalah kondisi sementara. Yang berbahaya adalah menyerah karena itu dapat membuat kekalahan menjadi langgeng.

Pada akhirnya, bukan soal pintar tidaknya penulis, melainkan bagaimana kita memahami realitas dan menempatkannya secara proporsional agar tidak membahayakan langkah kita menuju kesuksesan. Dengan ikhtiar dan doa, kerja keras akan membuahkan peluang yang positif. Seperti yang kita sering dengar, hasil tidak akan mengkhianati proses. Setuju?
Share:

Dilema Mengelola Lebih Dari Satu Blog

Mengelola lebih dari satu blog butuh keseriusan ekstra. Ada tantangan tersendiri untuk bisa konsisten mengisi blog yang berbeda-beda. Konsistensi memang problem utama dalam merawat sebuah blog. Jangankan tiga blog, kadang satu blog saja sudah cukup membuat kita kewalahan.

Di awal membuat blog boleh jadi semangat berapi-api. Melihat setiap deretan kalimat tertata rapi dalam rumah maya lalu diselingi gambar ciamik adalah hiburan murah tapi sangat bermakna. Ide atau kejadian yang terlewat bisa diabadikan dalam bentuk tulisan. Bisa dibaca kembali nanti ketika telah lama melewati momen atau pengalaman itu.

Rutinitas bisa berpotensi mengorbankan kualitas. (Foto: freepik dotcom)

Rutin dan tetap kreatif

Problem kedua mengampu beberapa blog sekaligus adalah sulitnya membagi tulisan jika tema tidak ditentukan sebelumnya. Jika dibagi pun, masalah lain akan muncul. Semakin spesifik tema yang digarap, semakin sulit pula menelurkan tulisan yang sesuai secara rutin. 

Selain pembagian tema dan kerutinan dalam menulis, mutu tulisan jadi isu berikutnya. Mempertahankan kualitas tulisan paa sejumlah blog bukan perkara mudah, apalagi jika dituntut dengan keteraturan memperbarui tulisan. 

Memang lebih menguntungkan kalau blog berniche khusus karena bisa dimonetisasi dengan berbagai cara. Selain AdSense, uang juga bisa diraup dari tulisan berbayar atas pesanan sponsor. Blog bertema khusus juga berpotensi bagus di Google search engine.

Bagaimana dengan sobat pembaca? Adakah yang punya kiat atau jurus dalam mengelola blog lebih dari satu?
Share:

Melejitkan Bisnis Penerbitan Dengan Virtual Office di Jakarta yang Menjanjikan

Kalau ada satu hal yang disesali setelah kami meninggalkan Bogor dan menetap di kampung halaman adalah terhentinya aktivitas penerbitan buku yang sudah kami kelola sejak tahun 2010. Betapa tidak, sewaktu masih tinggal di Bogor, penerbitan buku indie menyumbang penghasilan yang cukup lumayan untuk kebutuhan sehari-hari. Jadi lumayan digantungkan sebagai pundi-pundi rezeki utama.

Tiga tahun tinggal di Lamongan usaha penerbitan terpaksa kami hentikan. Sebenarnya masih ingin dilanjutkan tetapi tak satu pun ada pelanggan yang mendekat, baik yang lama ataupun calon pelanggan baru. Bahkan setelah didukung dengan portal atau website resmi pun, tetap tak ada klien baru yang tergiur memanfaatkan jasa penerbitan kami.

Lokasi menentukan gengsi

Setelah saya selidiki, ternyata penyebabnya sudah saya prediksi sejak semula--saat belum pindah. Apa lagi kalau bukan karena kendala alamat dan lokasi. Para pelanggan lama atau calon konsumen baru sepertinya enggan menerbitkan karya mereka jika kantor penerbitnya berada di daerah, kota kecil tempat kami berdomisili saat ini. Jauh berbeda dengan penerbit lain yang berada di Jabodetabek atau Bandung, misalnya. Atau setidaknya ibu kota provinsi.


Dengan kata lain, buku yang diterbitkan oleh label dengan kantor di daerah sungguh tak punya gengsi. Bisa dimaklumi karena penulis akan bangga jika buku mereka muncul dengan penerbit di kota besar. Sempat memang saya pindahkan alamat dari Bogor ke Lamongan tetapi upaya itu tak banyak membantu. Hanya ada satu dua pelanggan yang menggunakan jasa lebih karena faktor kedekatan sebagai teman atau sahabat. Bukan murni mencari jasa melalui internet.

Akhirnya saya jadi dilematis. Bekerja kantoran lagi jelas tidak mungkin karena usia mendekati kepala 4. Usaha sendiri juga bingung lantaran tak punya modal, pun juga belum memahami kultur masyarakat mengenai produk yang mereka sukai walaupun saya lahir dan besar di sini. Kelamaan merantau memang bikin betah dan bahkan ingin balik lagi ke Bogor karena di sana boleh dibilang serbaada, termasuk peluang mendulang rezeki melalui bisnis penerbitan buku.

Sempat terbayang untuk meminjam alamat teman di Bogor, tapi terhalang rumahnya yang cukup jauh dari kota. Selain itu, kendala bagi hasil juga jadi pertimbangan utama. Akhirnya kegiatan penerbitan terhenti sampai sekarang. Berarti tanpa pemasukan dari lini ini. Setelah dipikir-pikir, menjalankan bisnis tetap jadi pilihan untuk meraup keuntungan. Walaupun menjadi blogger sudah lumayan, tetapi penghasilan tidak menentu. Berbeda dengan bisnis yang menjanjikan pendapatan lebih ajek dan karakter ekonominya bisa diukur dengan prinsip-prinsip bisnis pada umumnya.

Virtual Office Jakarta solusinya

Kalau mau serius menggeluti dunia penerbitan lagi, saya pikir menyewa virtual office di Jakarta adalah solusi jitu yang harus saya pilih. Belakangan ini virtual office memang jadi tren di kota-kota besar. Bagi yang penasaran, virtual office atau kantor virtual adalah kantor yang kita sewa tana harus punya gedung sendiri dan bisa kita gunakan sebagai alamat bisnis. Bukan hanya legal dan punya prestise, virtual office juga menawarkan sejumlah fasilitas kantor pada umumnya.

Dengan begitu, saya bisa terus menjalankan usaha penerbitan dari Lamongan dengan meminjam alamat di Jakarta tapi tetap menguarkan gengsi dan keunggulan karena beralamat di kantor kota besar. Saya bisa tugaskan kolega di sana. Dengan virtual office, biaya operasional bisa ditekan sementara fungsi-fungsi kantor secara konvensional masih saya dapatkan. Namun seiring menjamurnya penyedia atau provider kantor virtual, saya mesti memilih pemain yang andal dan punya pengalaman panjang di bidang ini. Ini bisa dilihat dari portofolio bersama perusahaan yang menyewa virtual office.

Produktif bersama Arvahub

Selain itu, lokasi harus strategis dan mudah dijangkau sehingga memudahkan akses bagi investor atau calon pelanggan yang ingin bertatap muka di kantor. Yang tak kalah penting adalah fasilitas yang mereka tawarkan dalam mendukung kinerja bisnis yang optimal. Terakhir dan yang paling utama: tentu saja faktor U alias uang yakni mencari harga penyedia yang kompetitif. 


Jangan sampai saya dipusingkan dengan lokasi yang jauh hanya karena harga murah atau layanan ekstra. Atau harga terjangkau dan lokasi mudah dijangkau, tetapi fasilitasnya tak bisa diandalkan dan malah menyulitkan saya sebagai pemilik bisnis. Inilah pentingnya menyusun skala prioritas akan hidup saya bisa lebih produktif. Demikian kata para ahli. Memilih provider virtual office yang tepat berarti separuh keberhasilan dalam bisnis. Karena waktu saya bisa dimanfaatkan untuk memikirkan hal-hal strategis lainnya, seperti teknik pemasaran atau inovasi agar bisa bersaing dengan kompetitor.

Kantor virtual demi mendongkrak keuntungan finansial

Untunglah saya menemukan potongan video berikut ini. Dari sana saya langsung meluncur ke website Arvahub sebagai penyedia Virtual Office di Jakarta. Arvahub layak dilirik karena termasuk unit bisnis yang dipayungi perusahaan rintisan Sofyan Corp. Dengan pengalaman selama 20 tahun di bidang properti, tak heran jika Sofyan Group sudah menghasilkan unit bisnis yang andal dan teruji di bidang yang relevan. Bukan hanya bidang properti, tetapi mencakup ranah lebih luas antara lain perhotelan, pendidikan, hingga konsultan bisnis.


Kekuatan kolaborasi

Ini jadi alasan kuat kenapa Arvahub wajib jadi mitra agar usaha kita cepat berkembang. Dengan portofolio kuat di bawah Sofyan Group, cita-cita bisnis kita tak akan cuma jadi isapan jempol melainkan terus mengalami akselerasi karena punya fondasi solid berkat dukungan Arvahub. Arvahub paham betul bahwa Industri 4.0 adalah era kolaborasi sehingga sinergi dalam penguatan bisnis sangat dibutuhkan. Saya jadi teringat pada buku Never Eat Alone karya Keith Ferrazzi yang laris manis itu, yang mengingatkan bahwa orang-orang sukses ternyata mereka yang pandai membangun jaringan dan saling memudahkan urusan orang. Itulah kesuksesan sejati.


Dengan lokasi yang strategis di pusat kota Jakarta, Arvahub adalah pilihan ideal bagi siapa saja yang ingin mengembangkan bisnis tapi bermodal pas-pasan karena layanan mereka sungguh terjangkau. Kapan lagi bisa berkantor di gedung mewah, dengan dukungan aneka fasilitas, tapi cukup merogoh kantong sekadarnya saja. Bukan cuma terjangkau dan fasilitasnya yang lengkap, yang melegakan adalah Arvahub juga menyediakan layanan pengurusan perizinan seperti PT/CV serta perizinan khusus lain yang sulit kita handle sendiri. Asyik kan semua serbapraktis?  

Virtual office andal dan antimahal 

Punya Virtual Office Jakarta yang modern seperti Arvahub adalah keuntungan berlipat. Coba perhatikan daftar harga layanan virtual office berikut ini yang tidak bikin kantong bolong. Ingat dan catat, ini bayar sekali dalam setahun loh, bukan per bulan. Jadi bisa dibilang sangat irit. Kalau dihitung untuk paket standar, tak sampai 10.000/hari yang berarti murah meriah. Tinggal sesuaikan dengan kebutuhan, misalnya butuh dukungan lain yang tentatif.


Bagaimana dengan layanan perizinan? Pada saat tertentu, kita tak ingin direpotkan dengan hal ihwal yang sebenarnya bisa didelegasikan. Setidaknya urusan kita jadi lebih ringan dan praktis, apalagi harga layanannya terbilang bersaing.


Pernahkah terpikir kita punya asisten pribadi seperti layanan resepsionis yang ramah saat kita tak berada di kantor? Resepsionis ini akan membantu kita untuk menyambut klien atau investor yang ingin menyerahkan dokumen. Dengan demikian waktu kita semakin produktif sebab bisa dipakai untuk menyusun strategi bisnis dan promosi, misalnya. Penerimaan surat dan paket juga sudah ditangani oleh tim virtual office Arvahub sebagai bagian dari harga layanan Virtual Office Jakarta.

Tak perlu galau kalau harus meeting mendadak bersama klien atau calon pemodal. Disediakan meeting room yang nyaman lengkap dengan dukungan jaringan Wi-Fi dan refreshment gratis seperti kopi, teh, dan air mineral. Mana ada sih virtual office di Jakarta yang disewa tapi memanjakan pelanggan banget seperti ini? Paket lengkap bikin betah dan makin semangat bekerja.


Rapat jadi lebih santai tapi bisa berjalan sesuai harapan karena fasilitas mendukung tanpa kita sendiri direpotkan. Arvahub akan menangani semuanya, seolah kita betul-betul mengelola kantor milik kita sendiri dengan staf yang cekatan dan selalu ready. Tanpa kendala nonteknis, rapat bisa lebih produktif dan berdampak positif pada bisnis kita. Fokus pada solusi, bukan hal remeh nonsubtansi.

Kesuksesan jadi lebih mudah diraih.

Dengan beragam kelebihan dan keunggulan Arvahub, saya tak perlu berpikir seribu kali untuk meminangnya sebagai virtual office di Jakarta yang sesuai idaman. Harga terjangkau, lokasi strategis, gedung mewah, fasilitas lengkap, layanan mencakup perizinan, dan sejumlah partner yang mengandalkan layanan mereka menjadikan Arvahub sebagai solusi untuk melejitkan bisnis apa pun.

Biarlah saya tetap tinggal di kampung, tapi rezeki ala kota seolah tak terbendung. Ada rekan kerja yang bisa handle saat saya tak bisa hadir. Semua bisa terwujud berkat kolaborasi saat menyewa virtual office yang bergengsi sehingga pelanggan atau klien punya kepercayaan diri bahkan kebanggaan saat menerbitkan karya mereka karena alamat yang tercantum di buku berada di ibu kota Indonesia. Meeting bisa diagendakan kapan saja, kerja bisa di mana saja. Keuntungan bisa menggunung tentu dengan harapan tetap berkah.

Siap melejitkan usaha kalian, gengs? Never eat alone, never succeed alone.

lomba blog arvahub


Share:

Lima Pelajaran Dari Virus Corona (2)

Setelah membahas lima pelajaran akibat virus Corona yang kini merajalela, ternyata masih ada lima pelajaran lain yang sangat positif. Kita sebut saja ini hikmah. Nikmat berbalut azab, bisakah kita mengatakan demikian? Bagaimana mungkin ini bukan blessing in disguise sementara dampaknya begitu berarti bagi manusia seluruhnya.

Sumber foto: mobile.abc.net.au

1 | Berperilaku lebih sehat

Karena tak ingin terkena infeksi virus Corona, setiap orang--tua atau muda--kini semakin peduli pada kesehatan mereka. Setiap hari perilaku sehat kian digalakkan. Bukan hanya mandi yang dirutinkan, tetapi juga cuci tangan menggunakan sabun dan hand sanitizer. Selain rajin berolahraga dan berjemur di pagi hari, makan buah dan sayur juga jadi prioritas utama.  

2 | Bersikap lebih religius

Sebagai makhluk Tuhan yang kerdil dan tak berdaya, wabah Corona membuat manusia kian menyadari ketakberdayaan mereka. Bahkan terhadap makhluk Tuhan sekecil virus Corona pun kita ternyata tak berkutik sehingga mau tak mau harus berserah sepenuhnya kepada Allah. Oleh karena itulah, wabah Corona mendorong manusia menjadi semakin religius. 

Meski shalat berjemaah tidak dianjurkan diadakan lagi, termasuk shalat Jumat bagi kaum muslim, tetapi peribadatan di rumah bisa dipastikan semakin intens. Orang-orang banyak membaca Quran atau kitab suci mereka, lebih banyak mengobrol dengan keluarga dan bersama-sama mewujudkan keluarga yang dekat dengan Tuhan.

3| Lebih hemat

Karena anjuran social distancing digalakkan, perhelatan sosial pun berkurang. Pernikahan bisa dihelat lebih sederhana tanpa resepsi mewah yang menghabiskan dana belasan bahkan puluhan juta. Yang biasanya kongko dan nongkrong di kafe untuk jajan pun kini berdiam di rumah sehingga pengeluaran bisa ditekan. Ya memang masih bisa pesan makanan lewat layanan ojek daring seperti Grab Food dan GoFood, tetapi frekuensinya bisa sedikit dijarangkan karena khawatir juga bersinggungan dengan pengemudi.

4 | Lebih kreatif

Wabah Corona rupanya mampu membuat orang-orang lebih kreatif. Selama berada #dirumahsaja, atau Work From Home, banyak juga yang menghasilkan buku, video, dan banyak karya kreatif yang mungkin tak lahir seandainya Corona tak terjadi. Buku-buku asing diterjemahkan dan dihimpun menjadi PDF lalu dibagikan secara cuma-cuma. Tapi hati-hati juga sama e-book yang tidak resmi alias bajakan tanpa sepengetahuan penerbit/penulisnya, itu termasuk pelanggaran jadi enggak berkah.

5 | Lebih banyak barang gratisan 

Berkaitan dengan poin keempat, karena banyak orang terdorong bertindak kreatif, maka konsekuensinya banyak pula hal gratisan yang dibagi-bagikan. Komik tentang Corona dengan ilustrasi menawan bisa didapat tanpa bayar sepeser pun. Belum lagi materi kampanye berbentuk video atau platform lainnya.

Corona ternyata mengubah orang menjadi lebih positif walau terus dilanda kekhawatiran akan wabah yang belum juga ditemukan penawarnya ini. Yang penting tetap berusaha dan berpikir positif, selebihnya bertawakal kepada Allah. Semoga Corona segera berlalu mengingat sekarang sudah bulan Sya'ban dan akan diikuti Ramadhan.

Di tengah kecamuk wabah yang cukup menyita pikiran dan berdampak serius pada kehidupan sosial juga ekonomi, sebaiknya kita berpartisipasi aktif dengan mengurangi berita negatif yang bermuatan hoaks atau sekadar menakut-nakuti. Kalau harus membagikan kabar, cobalah menyaring terlebih dahulu. Mari perbanyak doa dan karya selama berada di rumah.

Bagaimana kabar kota teman-teman?
Share:

Lima Pelajaran Dari Virus Corona (1)

Wabah Corona yang telah berlangsung selama beberapa bulan rupanya mengajarkan banyak hal bagi saya pribadi. Pelajaran penting untuk dicatat agar terus diingat, sama seperti tagline blog ini. Sejumlah pelajaran itu bersifat positif, tapi ada juga yang sebaliknya. Namun, baik atau buruk pelajaran.

Sumber gambar: freepik dotcom

1 | Manusia sungguh kerdil

Bukan hanya kerdil, manusia juga tak berdaya. Di hadapan virus yang tak kentara, mereka tak bisa apa-apa. Tak sanggup melawan secara frontal. Tiada mampu menyerang kecuali berikhtiar.

2 | Takut mati 

Saya pun demikian, takut mati, karena merasa masih banyak dosa. Merasa bergelimang dosa tapi anehnya enggan bertobat dan memperbaiki diri sehingga semakin siap menghadap Tuhan.

3 | Egoistis

Masker dan hand sanitizer menjadi barang langka di saat wabah melanda. Kami sekeluarga tak kebagian satu pun, setidaknya di apotek dekat rumah. Bayclin ikut menjadi incaran orang sehingga sulit didapatkan. Ataupun kalau ada, harganya sangat tak masuk akal.

4 | Homo homini lupus

Tega menipu, salah satunya menipu lewat kedok penjualan masker. Sudah harganya mahal, transaksi pun dibatalkan, dalam arti pembeli dikelabui. Uang muka diterima tapi barang tak pernah dikirimkan.

5 | Mau berkorban   

Dokter dan tenaga medis, juga para sukarelawan di mana pun berjibaku membantu para korban dan warga yang potensial terpapar agar mendapat peralatan atau perawatan memadai. Bahkan ada dokter yang mengorbankan nyawanya demi menyelamatkan pasien Corona. Sungguh berkebalikan dengan poin keempat.
Share:

Jumat Berkah ke Klaska, Pulang ke Rumah Macet Tak Terkira

Ke Surabaya lagi tanggal 6 Maret 2020, tentu dengan tujuan, bukan tanpa alasan apalagi sekadar jalan-jalan. Berangkat pagi menumpang kereta komuter Sulam pukul 06.00. Senin awal pekan sebenarnya saya hendak bertolak ke Surabaya untuk urusan serupa, tetapi batal mengingat tiket ludes terjual. Memang nahas karena aplikasi KAI Access tak bisa saya pergunakan, entah kenapa selalu time out.

Hari Selasa hingga Kamis Bunda XI punya agenda di perpustakaan daerah, ikut workshop yang dihelat Balai Bahasa Surabaya. Jadi tak mungkin saya ke Surabaya selama tiga hari itu mengingat harus ada yang bertugas menjemput duo Xi. Alhamdulillah acara Bunda lancar dan Jumat pagi saya bisa berangkat ke Surabaya dengan menumpang komuter Sulam.

Naik Suroboyo Bus lagi

Tiba di Pasar Turi pukul 7 lewat sekian menit, saya langsung berjalan kaki ke Halte Pasar Turi yang terletak tepat di sebelah Monumen Tugu Pahlawan. Dari sana saya bergerak ke kampus UINSA di Wonocolo dengan menumpang Suroboyo Bus. Irit, cepat, dan nyaman. Untunglah masih ada stiker yang bisa dipakai sebagai tiket. Saya bahkan ketemu kenalan baru di atas bus yang juga bertolak dari Lamongan menuju Taman Bungkul untuk bertemu rekan kerjanya.

Mampir di kampus setelah menumpang Suroboyo Bus
Sesampai di Kampus Uinsa, saatnya bersih-bersih dan shalat sebentar. Jumat pagi di masjid kampus rupanya diadakan khatmil Quran yang dilakukan oleh para mahahsiswi. Tapi bukan itu yang mengherankan saya. Sewaktu memasuki gerbang kampus, ada sekelompok mahasiswa, yang belakangan saya ketahui dari pascasarjana Ekonomi Syariah, tengah menjajakan nasi bungkus secara murah meriah bahkan cuma-cuma.

Gerai makan gratis 

Siapa pun yang lewat boleh mengambil nasi untuk ditukar dengan harga sesuai kemampuan. Waktu saya keluar, saya sempat bercakap dengan mereka. Rupanya mereka rutin menghelat acara seperti itu setiap pekan, atau sudah memasuki sekian pekan. Saya salut dan mengambil foto mereka sembari menceritakan bahwa saya pun bergiat dalam komunitas serupa bernama Nasi Bungkus Community di Lamongan. Namun semuanya gratis tanpa bayar sepeser pun karena ada dukungan donatur tetap.

Selesai urusan di Uinsa, saya meluncur ke depan kampus Ubhara untuk bertolak ke Royal Plaza tempat saya menanti Abang Grab. Ivon dan temannya sedang dalam perjalanan ke Klaska Residence dari Stasiun Wonokromo. Saya pun menuju ke apartemen besutan Sinar Mas Land itu untuk menjemput hadiah. Hadiah kedua lomba blog yang diselenggarakan oleh Klaska beberapa pekan sebelumnya.

Hadiah bikin wajah semringah.
Alhamdulillah, sebuah Mi earbuds, kalender, tumblr keren, dan voucher spa saya terima dengan lancar. Kami berfoto lalu berpisah. Mama Ivon bergerak ke Terminal Bungur menuju Malang. Saya kembali ke Uinsa karena waktu Jumatan segera tiba. Selepas Jumatan, makan siang andalan ya di mana lagi selain Warung Tegal yang bikin kangen Bogor. Menu dan display-nya memang khas. Harganya murah meriah, porsi banyak, rasa ya lumayanlah.

Lama di jalan

Selepas Asar pulang ke Stasiun Pasar Turi. Namun kehabisan tiket karena akhir pekan. Balik lagi ke arah Wonocolo, lanjut ke Terminal Purabaya. Butuh waktu 3 jam untuk sampai di sana. Berangkat dari Pasar Turi jam setengah empat, sampai di Purabaya jam setengah 7. Sungguh sangat lama akibat hujan dan kemacetan.

Pulang ke Lamongan pun terhambat. Jalur dialihkan ke Meranti Gresik alih-alih jalan tol seperti biasa. Harusnya satu jam tiba, tapi sampai 2 jam. Ya sudah, akhirnya sampai rumah, alhamdulillah. Capai sungguh mendera, langsung mandi dan shalat. Tidur angler sampai esoknya kesiangan. Batal jadi imam Subuh di masjid.

Jumat berkah menjemput hadiah ke Klaska Residence walau pulang ke rumah cukup lama.

Share:

Sample Text

Copyright © biografi seorang pelupa | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com