Technology

3/Technology/post-list

10 Alasan VivoBook S14 S433 Jadi Laptop Kawula Muda, Laptop Andalan Keluarga

Sejak meninggalkan Bogor dan menetap di Lamongan tiga tahun lalu, kami sekeluarga sangat mengandalkan teknologi untuk mefraup rezeki. Kami tentu saja saya dan istri yang dalam tulisan ini saya sebut Bunda Xi. Selain ponsel Android dan jaringan internet, perangkat keras yang sangat penting adalah laptop. Bukan hanya untuk kami berdua, tapi juga buat kedua bocah yang punya hobi menggambar dan menulis cerita. Maklumlah karena mereka termasuk generasi alpha yang punya afinitas atau kegemaran kuat pada produk-produk berteknologi canggih.

Saat ini kami memanfaatkan satu unit laptop, dua buah ponsel Android, dan satu buah tablet PC. Untuk memasok koneksi Internet utama, saya mengandalkan Asus Zenfone Live melalui jalur hotspot. Sebelumnya kami menggunakan dua modem portabel tapi keduanya sudah aus dan tidak kami ganti. Salah satu alasannya karena pengeluaran jadi dobel, maka tethering ke smartphone jadi pilihan tepat. Begitu kedua bocah semakin besar, rupanya satu laptop tidak mencukupi. Belum lagi Bunda Xi yang ingin kembali menekuni hobinya.


Empat profesi saya

Untuk meraup rezeki, saya menekuni empat profesi sekaligus. Saya putuskan menggelutinya karena bisa dikerjakan secara remote bermodalkan laptop dan jaringan internet. Pertama, full-time blogger. Pemasukan dari ngeblog secara full-time lumayan juga. Setidaknya ada tiga cara bagaimana uang saya dapatkan lewat blogging, yakni lewat content placement (CP), sponsored post, dan artikel lomba. Sesuai namanya, tulisan untuk CP sudah disiapkan klien dan tinggal saya unggah di blog dengan penyesuaian sana sini agar seirama dengan postingan lainnya. Publish tulisan, lalu saya dibayar.


Sponsored post biasanya berbentuk artikel pesanan tentang suatu tema atau bisa pula hasil reportase suatu perhelatan, baik event budaya ataupun peluncuran produk. Klien memberikan brief lengkap lalu saya menulis, dan jika sudah approved, saya lantas mengunggahnya. Terakhir, tulisan yang menang lomba. Lomba blog kini banyak dihelat dan hadiahnya beragam tapi sangat menggiurkan. Tinggal pilih tema yang cocok, garap dengan serius, lalu berdoa.

Profesi kedua adalah sebagai editor freelance. Dulu saya memang editor yang bekerja di sebuah penerbit sebelum akhirnya resign. Sejauh ini ada saja penerbit, baik mayor maupun indie, yang memberi job mengedit naskah yang bisa saya kerjakan di rumah meskipun kantor mereka ada di Jabodetabek. Gara-gara mengedit menggunakan suatu software, saya pun terpaksa belajar peranti lunak itu dan akhirnya menekuni dunia grafis sebagai profesi ketiga. Awalnya me-layout naskah, lalu beralih ke desain cover. Kalau sedang banyak order, lumayan juga loh hasilnya.


Profesi keempat adalah penerjemah. Dunia ini sudah saya geluti sejak masih tinggal di Bogor. Order terjemahan untuk pasangan bahasa Indonesia-Inggris sering kali datang dari penerbit, tapi tak jarang juga dari organisasi atau individu. Yang paling mengesankan: saya pernah mengerjakan penerjemahan lagu-lagu dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia untuk penulis lirik dan produser musik asal Kuala Lumpur sekitar delapan tahun lalu.

Semua aktivitas itu berbasis tulisan atau berkaitan dengan kata-kata sehingga laptop menjadi senjata utama untuk saya pakai mengetik atau mengolah kata. Bisa dibayangkan kebutuhan saya untuk memiliki notebook yang portabel, ringan, tapi tetap oke performanya terutama untuk mendesain cover atau me-layout naskah. Ini karena saya sering bepergian ikut acara sosial seperti Kelas Inspirasi atau menginap di rumah ibu yang tinggal di kecamatan berbeda. 

Pekerjaan Bunda 

Sekarang bergerak ke Bunda Xi. Walau tak sering, ia sesekali menerima order editing karena ia memang dulu seorang editor—kami pernah bekerja sekantor. Selain editing atau penyuntingan, belakangan ini Bunda ingin kembali menulis buku, baik nonfiksi ataupun fiksi. Waktu masih tinggal di Bogor, ia pernah menerbitkan dua buku cerita anak bergambar dan satu buku nonfiksi bertema ide liburan seru. Ia ingin mengulangi petualangan menulis seiring kedua anak kami yang tumbuh semakin besar. Saatnya laptop didobel karena tak mungkin rebutan dengan saya. 

Rumi komikus dan Bumi calon insinyur

Rumi dan Bumi adiknya sama-sama masih SD; Rumi kelas 4 dan adiknya kelas 2. Rumi suka menggambar komik dan menulis cerita sedangkan adiknya gemar menggambar mobil besar atau alat-alat berat. Rumi menulis di tablet PC menggunakan wireless keyboard lalu file dipindah ke laptop untuk saya edit. Namun beberapa pekan lalu ia mulai merajuk agar dibelikan notebook seperti saya, minimal ya netbook yang mungil. Sedangkan Bumi rajin membajak laptop saya untuk berkreasi menggunakan Paint saat saya jeda shalat atau makan siang. Berikut ini doodle karya Rumi dan mobil terjebak salju karya adiknya.


Kadang kasihan kalau harus saya paksa berhenti gara-gara keterbatasan laptop di rumah. Mau bagaimana lagi mengingat pekerjaan saya dikejar tenggat alias deadline, jadi mesti bergegas agar cepat rampung dan dibayar. Setelah memantau kegemaran dan kesibukan mereka, saya harus mulai menyisihkan uang untuk membeli notebook baru yang bisa dimanfaatkan bersama. Kok bersama? Ya iyalah, karena laptop saya yang sudah berusia 5 tahun kadang ngambek sehingga sesekali butuh jeda untuk bekerja di laptop lainnya. 



ASUS VivoBook S14 S433, Solusi Keluarga Indonesia


Mempertimbangkan kebutuhan kami berempat, keputusan tepat unit yang perlu dibeli adalah notebook besutan ASUS bernama VivoBook S14 S433. Menurut berita yang saya baca, laptop ini 100% dirancang khusus buat kawula muda. Sangat pas untuk Rumi dan Bumi. Kendati begitu, kami yang para orangtua masih merasa layak menggunakan VivoBook ini karena semangat kami masih muda, hehe. Lagipula, fungsi yang ditawarkan laptop ini sangat mumpuni untuk sekeluarga sehingga bisa menghemat pengeluaran.

Sebagai penerus VivoBook S S430 yang diperkenalkan tahun lalu, seri VivoBook S ini berada di deretan produk premium yang sengaja dihadirkan oleh ASUS dengan fitur terbaik di kelasnya, termasuk VivoBook S14 S433 yang kami incar ini. Sebagai gambaran, penggunaan Intel Core 10th Gen Processor membikin VivoBook S14 S433 bukan hanya makin gesit tapi juga makin hemat daya baterai. Yang paling mencolok tentu saja penampilan fisik VivoBook S14 S433 yang desainnya sangat fresh dan lebih elegan. Tanpa banyak dekorasi, empat pilihan warna kian mempertegas kecantikan laptop tersebut.

10 Alasan Pilih VivoBook S14 S433 


Setidaknya ada 10 alasan kenapa ASUS VivoBook S14 S433 layak diandalkan sebagai notebook pilihan keluarga Indonesia, apalagi para kawula muda. Alasan-alasan ini membuktikan bahwa ASUS adalah produsen notebook yang peduli mutu sekaligus desain yang jadi pertimbangan generasi Z atau alpha saat membeli produk teknologi.

1 | Merek Tepercaya


ASUS bukan pemain baru di dunia teknologi informasi. Perusahaan asal Taiwan ini telah 30 tahun berkiprah dengan portofolio teknologi yang sangat kuat. Selain laptop, produk yang paling saya ingat tentu saja motherboad yang dipasang pada 1 dari 3 komputer di dunia. Setidaknya ada 500.000.000 motherboard besutan ASUS yang telah dijual sejak 1989. Lima juta loh, angka yang fantastis!

Keandalan ASUS sebagai pabrikan IT sudah diakui di kancah internasional. Itu terbukti ketika majalah Fortune memasukkan ASUS ke dalam deretan World’s Most Admired Companies atas dedikasi perusahaan tersebut dalam melayani pelanggan lewat berbagai produk komprehensif seperti Zenbo si robot pintar, ZenFone si ponsel pintar premium, ZenBook, dan perangkat IT serta komponen lain, termasuk Augmented Reality (AR), Virtual Reality (VR), dan Internet of Things (IoT).

ASUS diperkuat oleh 16.000 karyawan di seluruh dunia, 5.000 di antaranya adalah insinyur pada divisi R&D (riset dan pengembangan). Revenue sebesar 17,34 miliar dolar Taiwan yang berhasil dibukukan tahun 2017 silam merupakan bukti bahwa ASUS perusahaan yang sehat dan menguntungkan. ASUS hadir sebagai merek tepercaya juga berkat mutu produknya. Sebagai contoh, notebook ASUS yang diproduksi harus melalui pengujian yang ekstrem sebelum dirilis ke pasar.



Uji Ketahanan Notebook ASUS

2 | Pilihan Warna Memikat

Karena dirancang khusus buat kawula muda seperti gen Z atau gen alpha, VivoBook S14 S433 tentu sangat cocok buat Rumi dan Bumi yang boleh dibilang lahir dan dibesarkan teknologi. Dari empat pilihan warna yang ditawarkan, VivoBook S14 S433 warna Gaia Green bakal jadi favorit mereka. Warna hijau menyiratkan kepribadian yang kreatif, membaur, dan mudah menerima perubahan. Mereka ingin terus berkembang secara dinamis—tepat seperti ciri gen alpha yang ingin terus tumbuh—hidup penuh dengan kreativitas.


Bagi Anda yang pemberani dan punya kepribadian tegas, ada Resolute Red yang bisa dipilih. Warna merah menegaskan kepercayaan diri dan siap menghadapi tantangan, juga kekuatan. Sementara Dreamy White dan Indie Black sama-sama menunjukkan kekokohan sekaligus elegansi. Seperti namanya, Dreamy White cocok bagi Anda yang berani bermimpi, cinta kerapian, jujur, dan presisi. Adapun Indie Black mencerminkan kemandirian dan kemauan keras. Anda merasa mampu mengendalikan situasi dan yakin sebagai pribadi yang intuitif

Menarik banget kan? Yang jelas, keempat warna itu memberikan kekeluasaan bagi para kawula muda untuk mengekspresikan ide tanpa takut menjadi diri sendiri. Spirit dare to be you memang kental diangkat VivoBook S14 S433 ini. Bukan hanya warna yang istimewa, tapi juga desain notebook yang berkelas.

3 | Desain Menawan

VivoBook S14 S433 sangat cocok untuk kawula muda, baik gen Z atau gen alpha. Perhatian ASUS pada generasi kekinian tampak dari bodi notebook yang sangat tipis dengan bobot yang tetap ringan. Beratnya hanya 1,4 kilogram jadi sangat portabel untuk mobilitas tinggi saat traveling atau bekerja mobile. Tebalnya cuma 15,9 mm atau 1,59 cm, kira-kira setara dengan buku setebal 240-an halaman. Tipis dan tetap menawan, muat dalam tas berukuran kecil sehingga tidak merepotkan.


Bodi VivoBook S14 S433 pun ringkas. Ramping dan mungil, itulah gambaran yang tepat untuk notebook ini. VivoBook S14 S433 lebih mungil dibanding laptop berlayar 14 inci lainnya. Salah satu penyebabnya adalah dipakainya teknologi NanoEdge Display. Teknologi ini mampu menghadirkan bezel yang sangat tipis berkat teknologi layar eksklusif. Walhasil, screen-to-body ratio bisa mencapai 85 persen dengan ukuran keseluruhan bodi yang lebih kecil. Berkat dukungan NanoEdge Display, layar jadi terlihat lebih lapang sehingga tayangan yang kita tonton bisa lebih immersive. Gambar 3 dimensi pada layar seolah hadir begitu hidup di segala sisi kita. Menakjubkan bukan?


Pada sektor layar, VivoBook S14 S433 sudah mampu mereproduksi warna pada color space sRGB hingga 100 persen. Artinya, orang-orang yang berprofesi sebagai content creator seperti fotografer dan Youtuber bisa meminang notebook istimewa ini. Dengan sudut pandang yang lebar mencapai 178 derajat, VivoBook S14 S433 menjanjikan pengalaman nonton yang asyik sebab dilihat dari samping dengan nyaman, jadi bisa ditonton rame-rame. VivoBook S14 S433 terbukti paling trendy dan sangat tipis untuk kategori laptop di kelasnya.

4 | Stiker Eksklusif


VivoBook S14 S433 cocok buat gen Z atau gen alpha karena pilihan warna memikat dan desain yang mewah. Kemewahan itu justru berasal dari area belakang layar yang terlihat polos. Dengan hanya mengadopsi tulisan “ASUS VivoBook” di samping kanan agak ke tepi, terciptalah “ruang kosong” atau disebut negative space dalam dunia desain. Walau mengandung kata negatif, ruang kosong tersebut nyatanya justru sengaja disediakan agar pemilik VivoBook S14 S433 dapat melakukan personalisasi sesuai kepribadian.


Setiap paket pembelian VivoBook S14 S433 dilengkapi dengan stiker eksklusif karya seniman visual asal Jakarta Muchlis Fachri atau yang dikenal dengan Muklay. Negative space yang sengaja dibuat oleh ASUS bisa ditempeli berbagai stiker sesuai keinginan—tentunya yang mencerminkan jiwa muda pelanggan. Bayangkan punya laptop berdesain mewah dengan warna memukau dan bisa ditambah dengan aneka stiker eksklusif yang menjadi ciri atau memperkuat identitas jiwa kekinian, tentulah kita bakal makin percaya diri. Sebuah inisiatif keren dari ASUS!

5 | Fitur Premium


VivoBook S14 S433 bukan hanya keren dari segi desain dan warna, tapi juga canggih dari sisi fitur andalan. Sebagai seri VivoBook tertinggi, fitur-fitur terbaik telah dibenamkan dalam seri ini. Ada fingerprint atau pembaca sidik jari, yang bisa kita manfaatkan untuk login ke Windows 10 tanpa harus mengetikkan password. Kerja bisa makin cepat karena fingerprint di VivoBook S14 S433 sudah terintegrasi ke fitur Windows Hello pada Windows 10. 

Antiribet dan praktis kan? Windows Hello juga memproteksi laptop kita agar aman dari orang iseng yang ingin mengaksesnya. Bukan cuma itu, teknologi fast charging dan backlit keyboard yang diadopsi VivoBook S14 S433 akan menghemat waktu untuk mengecas dan irit konsumsi listrik sehari-hari.

6 | Audio jernih

Yang tak kalah menarik, dan ini yang penting bagi kami sekeluarga, VivoBook S14 S433 dibekali dengan fitur audio berkulitas premium dengan sertifikasi Harman/Kardon. Jadi ingat sama laptop punya kantor dengan audio ini, memang bening dan powerful. Anak-anak kami sangat suka menonton video musik di Youtube atau film anak di laptop. Pantaslah VivoBook S14 S433 ini menyasar kawula muda karena musik adalah bagian integral dari diri mereka. Jaminan kualitas audio terbaik dari Harman/Kardon akan membuat VivoBook S14 S433 semakin dicintai anak-anak sehingga mereka terdorong untuk kian energik dan kreatif.

7 | Konektivitas terbaik

Selama ini saya dan istri bekerja secara hibrida, dengan memadukan kinerja laptop dan smartphone. Kadang menulis draft di ponsel untuk kemudian diekspor ke laptop. Maka konektivitas laptop sangat kami butuhkan. Untunglah VivoBook S14 S433 sudah punya konektivitas modern. Salah satu konektivitas uniknya adalah WiFi 6. Tak perlu saya jelaskan bahwa modul WiFi 802.11ax atau WiFi 6 merupakan teknologi komunikasi data nirkabel generasi terbaru. WiFi 6 dapat mentransfer data tiga kali lebih cepat dibanding koneksi WiFi generasi sebelumnya. Selain itu, kapasitas jaringannya bisa mencapai empat kali lipat lebih banyak dengan latency hingga 75 persen lebih rendah.

Bukan cuma itu, VivoBook S14 S433 pun didukung konektivitas lainnya berupa port USB 3.2 (Gen 1) Type-C yang kami butuhkan. Kecepatan transfer data lewat port jenis ini bisa jauh lebih baik. Kami dapat memanfaatkan port tersebut untuk mengoneksikan VivoBook S14 S433 dengan aneka perangkat eksternal modern lainnya yang mensyaratkan pemakaian USB Type-C sebagai interface-nya.

8 | Performa sempurna


Dengan bodi yang mungil dan ramping, apakah VivoBook S14 S433 mengorbankan kinerjanya? Inilah yang kami suka. Dengan prosesor Intel Core 10th Gen sebagai dapur pacunya, performa notebook ini dijamin digdaya tapi tetap hemat daya. Asyik kan? Kami pikir, prosesor Intel Core i5-10210U cukuplah untuk kebutuhan kami sekeluarga karena ia punya empat core (inti) dan delapan thread. Menurut hasil pengujian menggunakan Cinebench R20 dan PCMark 10, VivoBook S14 S433 berhasil mencetak skor cukup tinggi. Ini artinya VivoBook S14 S433 memang pilihan tepat untuk menemani berbagai kegiatan sehari-hari kami sebagai keluarga.




Bukan hanya prosesor yang gahar, performa grafis pun diperhatikan oleh ASUS. Chip grafis NVIDIA GeForce MX250 dibenamkan dalam VivoBook ini dengan performa yang terbukti cukup kencang bahkan untuk bermain game e-sport. Game kasual apalagi, enteng. Laptop berukuran ringkas dan desain mewah tapi grafis oke, inilah ASUS VivoBook S14 S433!



Penggunaan PCIe SSD berkapasitas 512 GB sebagai media penyimpanan bikin VivoBook S14 S433 semakin andal. Kini memang era Solid State Disk (SSD), bukan Hard Disk yang rentan tergores dan lama dalam memanggil data. SSD besutan Intel didesain khusus dengan Optane Memory berkapasitas 32 GB. Bagi yang belum paham, Optane Memory adalah teknologi eksklusif yang dikembangkan Intel dengan cara memanfaatkan memori tambahan sebagai cache. Berkat cache ini, kecepatan SSD dalam mengakses data yang sering diakses malah lebih cepat. Hal ini berkontribusi pada keseluruhan performa VivoBook S14 S433 yang makin kencang dan gegas. Lagi-lagi cocok untuk kawula muda yang ingin serbacepat.


9 | Baterai tahan lama

Jeroan yang gahar dan performa keseluruhan yang mumpuni tak membuat VivoBook S14 S433 kehilangan keunggulan dalam hal pasokan daya. Baterai yang diadopsi oleh laptop ini berkapasitas 50 Whrs, lebih besar dibanding notebook sekelasnya. Ditandem dengan Intel Core 10th Gen yang memang irit daya, maka VivoBook S14 S433 bisa dipakai selama 12 jam ketika diuji menggunakan PCMark 10 Battery dengan mode Modern Office. Travel blogger, eksekutif muda, atau siapa pun dengan mobilitas tinggi akan diuntungkan dengan memiliki VivoBook S14 S433 karena tak perlu mengecas terlalu sering sehingga bisa tetap fokus pada pekerjaan.


10 | Garansi 2 tahun

Inilah keunggulan lain ASUS yang tak dimiliki brand lain. Sebagaimana seri lainnya, VivoBook S14 S433 dilengkapi dengan 2 tahun garansi global. Ada vendor yang mengklaim memberikan 3 tahun garansi, padahal sebenarnya hanya garansi 1 tahun ditambah 2 tahun gratis biaya jasa. Artinya, kalau ada penggantian spare part pada tahun kedua, kita harus bayar lagi. Berbeda dengan ASUS yang menawarkan 2 Tahun Garansi Global yang benar-benar GRATIS. Semuanya gratis selama masa garansi, baik penggantian spare part maupun biaya perbaikan asalkan itu bukan karena kesalahan pelanggan.


Malah VivoBook S14 S433 dibekali ASUS Perfect Warranty. Perfect Warranty adalah inovasi ASUS pada tahun 2020 yakni layanan garansi ekslusif pada tahun pertama masa garansi notebook ASUS. Ini terbilang layanan premium karena ASUS akan menanggung 80% biaya jasa perbaikan dan spare part untuk kerusakan-kerusakan yang disebabkan oleh kelalaian pengguna pada tahun pertama garansi. Nah, enak banget kan, kita yang lalai pun akan disubsidi 80% jadi makin hemat punya laptop ASUS.

Jadi diri sendiri, berbagi bikin berarti

Memiliki laptop serbaguna seperti VivoBook S14 S433 adalah modal penting untuk mendukung profesi dan impian sesuai dengan kepribadian. Berbekal laptop yang stylish dan performa yang istimewa, gen Z dan gen alpha seperti anak-anak kami akan berani mengekspresikan diri sendiri tanpa takut terbebani. Apalagi mereka leluasa menentukan ciri khas lewat stiker eksklusif Muklay yang personal banget. Pilihan warna memikat dan desain mewah notebook dengan material berkualitas bakal bikin penggunanya tampil solid karena mampu berkreasi lebih lama berkat daya tahan baterai hingga setengah hari.

VivoBook S14 S433 bisa dibawa ke mana saja karena ringan dan tak perlu cemas dibobol sebab dilengkapi fingerprint yang terintegrasi langsung ke fitur Windows Hello sehingga login cepat tanpa perlu mengetik password. Main game atau menonton video edukatif di Youtube tetap nikmat karena VivoBook dipersenjatai dengan chip grafis NVIDIA GeForce MX250S14 S433 di dalam bodi tipisnya. 

Inilah laptop modern yang bukan hanya terbaik dari segi konektivitas tapi juga powerful untuk mendukung beragam aktivitas. Tak ada lagi halangan menjadi diri sendiri jika bekerja ditemani VivoBook S14 S433 yang mumpuni di segala sisi.

Berbagi mimpi lewat Kelas Inspirasi (KI)


Saya selalu membayangkan untuk membawa laptop portabel nan ringan tapi desainnya keren dengan performa hebat ke acara Kelas Inspirasi (KI) di kota-kota berbeda. Berjumpa dengan anak-anak di bangku sekolah dasar sungguh kegembiraan tersendiri tapi juga butuh kreativitas agar bisa membagikan impian untuk mereka di pelosok daerah. Seperti pengalaman saya di pedalaman Lamongan, di Ponorogo yang langsung berbatasan dengan Trenggalek, Pemalang yang jauh, hingga Madiun yang sepi.

Sayang sekali laptop saya terlalu berat untuk dibawa bersama pakaian dan alat peraga saat mengajar. Padahal teman relawan lokal yang terlihat membawa laptop ke dalam kelas hampir selalu berhasil memukau anak-anak, menyuntik pikiran-pikiran belia dengan impian untuk maju dan berkembang. Mereka adalah generasi alpha yang sangat peduli teknologi, maka rasanya akan luar biasa jika saya bisa memboyong ASUS VivoBook S14 S433 dan mengajak mereka menggunakannya.

Seperti warna-warna pilihan laptop ini, yang mencerminkan values penting dalam hidup terutama di abad industri 4.0 di mana persaingan sangat sengit. Mereka harus jujur pada diri sendiri dan berani bermimpi untuk masa depan lebih baik meskipun tinggal di pedesaan. Agar bisa bersaing, mereka harus kreatif dan adaptif. Dengan kepercayaan diri dan intuisi yang kuat, ditambah skill dan semangat belajar, mereka akan mencapai kemandirian sehingga tak punya beban untuk terus berkarya. It’s time to dare to be you, it’s time to grab VivoBook S14 S433 to be best version of you!

Tulisan ini diikutkan dalam kompetisi menulis “ASUS VivoBook S14 S433 – Dare To Be You” 




Share:

Belajar Tangguh Dari Wanita

Bisakah kita belajar dari para wanita? Apakah ada pelajaran yang bisa kita petik dengan membaca kehidupan para wanita di sekitar kita? Jawabannya: banyak sekali. Karena fakta menegaskan pengalaman dan perjuangan para wanita ternyata sangat luar biasa. Ini berbeda dengan anggapan seorang atasan saat saya masih bekerja kantoran dulu. Entah dia misoginis ataukah punya trauma masa kecil yang tak mengenakkan, yang jelas dia seolah mendiskreditkan karyawan perempuan dalam konteks pekerjaan atau kebijakan di kantor.

Dijamin undang-undang


Keringanan untuk cuti karena haid, misalnya, dianggapnya tidak produktif karena hanya menghambat terselesaikannya pekerjaan. Padahal itu sudah dijamin oleh peraturan dalam PKB atau Perjanjian Kerja Bersama yang dirumuskan Serikat Karyawan dan perusahaan. Malah pernah ia menyarankan asisten supervisor untuk membiarkan istrinya yang hamil agar pergi sendiri ke dokter. Parah banget kan? 

Wild girl yang mengikuti jejak food vlogger China sukses Li Ziqi

Intinya dia seolah menganggap bahwa punya karyawan wanita itu merugikan karena tidak produktif. Padahal fakta membuktikan para wanita sungguh luar biasa. Bukan hanya bekerja di sektor domestik di dalam dan luar negeri, mereka juga piawai bekerja di ranah profesional, mulai dari penulis hingga dosen dan bahkan petinggi perusahaan.

Youtuber sukses pun kini banyak yang perempuan. Sebut saja Li Ziqi food vlogger China yang meraup miliaran rupiah dalam setahun berkat unggahan videonya tentang makanan. Kegiatan Li Ziqi masak rupanya menginspirasi teman senegaranya untuk mengelola akun serupa yakni video masak-memasak dengan menu lokal yang khas dan digemari viewers.

Adalah kesalahan fatal berasumsi apalagi meyakini wanita itu tidak produktif. Itu kesalahan besar sebab tak ada makhluk hidup di dunia ini yang lebih produktif dibanding kaum wanita. Merekalah yang melahirkan orang-orang dengan otak brilian, sejak Einstein hingga wanita terpintar di dunia seperti Marilyn vos Savant. Keluarga andalan bisa dibentuk oleh wanita jempolan. 
Share:

I’m Fasting This Ramadan, A Fun Way to Learn Fasting

Taking kids to be fasting can be very challenging. While it is no easy task to tell them the fundamental nature of fasting, it will be even more taxing when they demand earlier break-fast (iftar) several times before due time. It is not a surprise though as to them fasting means abstaining only from hunger and thirst unlike adults who go deeper in essence. Their initial phase of fasting will likely be determined by what to eat as soon as iftar is allowed.

Are there any effective ways to teach children to fast for the first time knowing that fasting is not yet an obligation for them? How do we make them understand the importance of fasting as early as they can? One of the best ways is perhaps by reading a book that recounts a fun activity while fasting. It is what I learn from I’m Fasting This Ramadan, a book by Zeneefa Zaneer that captures Sakeena’s first day of fasting in Ramadan.

Add caption

Authentic and captivating

Written by a Sri Lankan author whose passion for love and family relationship are reflected in her books, I’m Fasting This Ramadan is interesting in some ways. The characters in the book appear very natural especially Sakeena who demonstrates astuteness and spontaneity. Narrated from the girl’s point of view, the book unequivocally follows her little adventure, including the temptation to break her fasting on the very first day she started. Sakeena responded to her experience very authentically, a typical reaction any kids would show.

The colorful illustrations in the entire book make it easier for young readers to understand why fasting during Ramadhan really matters. The scratch and the color chosen by a 12-year-old Afra Anas cast the pictures vividly alive, as if imprinting how Sakeena felt as well as the magnitude of support her family gave her to fast. Young readers and kids alike will enjoy turning every page of the book in order to not only discover the candid images but also find out how the story evolves.

Spit the greed

In addition to teaching children to start fasting with fun, the book furtively instills the spirit of sharing into their minds to do good and generous to the needy and those less unfortunate. While Ramadan is the month when believers genuinely thank God by fasting, it is also the right moment to refrain from greed. Sakeena once argued over her mom’s decision to share gift by saying, “Why?” I was not happy. I was hungry. The sentence clearly portrays voracity of kids and even of adults who are about to break their fast out of greed to exclude everyone else in their own excitement.


Priceless investment

Fueled by love and compassion, the book is relatively rich in Sri Lankan cultures as shown by the flaky tuna samosa and the energizing Faluda syrup. Apart from praying in the mosque, the aroma of kanji has seemed to draw near and will tickle readers’ appetite to distinguish the menu or snacks during Ramadan in their homeland.

The book is a gripping read and comes with luxury paper that will make a precious collection for any families. Parents and children may be engaged in valuable time when reading this book together. While bonding can be established, parents will have the opportunity to introduce good values to their children to fortify love and benevolence. For nonnative English speaking countries, the book may be used to help learn English in an amusing way. The glossary at the end of the book provides important vocabularies in terms of Ramadan and those related to local culture.

As two boys of mine have benefited from reading this book, I’m certain your kids will too. Grab the book at your earliest convenience on Amazon or by contacting the author.

About the book

Title: I’m Fasting This Ramadan

Author: Zeneefa Zaneer – Afra Anas

Publisher: Think Publishers

Editor: LaYinka Sanni

ISBN: 978-955-99710-4-7


Share:

5 Alasan Mengapa Anak Tak Suka Membaca

Mengapa anak tak suka membaca? Ini pertanyaan penting yang sering diajukan orangtua. Pertanyaan itu muncul lantaran orangtua merasa sudah membelikan banyak buku untuk anak tetapi anak tak terlihat suka membacanya. Tak bisa dimungkiri punya anak  yang hobi membaca memang menyenangkan. Ini terbukti pada kedua anak kami, Duo Xi. Xi sulung mulai tertarik belajar membaca karena sewaktu di Bogor banyak buku bergambar sementara ia tak bisa membacanya. Akhirnya ia minta diajari membaca dan bisa baca bahkan sebelum masuk TK.

Xi bungsu menyusul jejak kakaknya. Tak mau ketinggalan, komik atau buku bergambar ia baca di waktu luang. Bahkan saat sedang makan pun ia sempatkan membaca buku. Apalagi jika buku yang ia baca sangat digemari, misalnya karena memiliki tokoh yang unik atau konyol. Kami membebaskan mereka sebab menyadari betul bahwa banyak sekali manfaat yang dipetik dari akvititas membaca. Bukan hanya menambah pengetahuan dan kosakata baru, membaca buku juga menjadi pengalaman berharga karena anak seolah berpetualang di dunia baru dan mendapatkan hal-hal asing dibanding jika dia sibuk bermain gawai atau gadget.


Masalahnya, mendorong anak agar suka membaca buku bukanlah persoalan mudah. Tak jarang orangtua kelimpungan mencari cara agar anak mereka ketagihan membaca dengan membelikan  buku-buku yang banyak. Saya terpikir bahwa beberapa hal berikut ini boleh jadi penyebab mengapa anak-anak kurang tergerak untuk menikmati bacaan.

1 | Tema tidak menarik

Setiap anak punya preferensi dan minat spesifik terhadap hal tertentu yang boleh jadi berbeda dengan anak lainnya. Anak yang tak mau membaca buku sangat mungkin karena tema atau isi buku belum menarik perhatiannya. Mungkin saja ia penggemar robot sehingga merasa tak menikmati bacaan berbau sains yang mengandung banyak istilah teknis yang membosankan. Boleh jadi ia penyuka dunia fantasi berbau petualangan sehingga akan enggan membaca komik biografi, misalnya. 

2 | Terlalu banyak teks

Anak-anak cenderung menikmati tampilan visual pada buku. Mereka mudah terpikat oleh hal-hal yang secara fisik tampak memukau apalagi dinamis. Bukan hanya anak-anak, orang dewasa pun sebenarnya demikian. Terbukti dengan merebaknya buku mewarnai yang kini digemari pembaca dewasa. Anak-anak menikmati buku dengan halaman-halaman berisi gambar atraktif dan berwarna-warni. Inilah alasannya buku untuk pembaca anak-anak sering disajikan dengan ilustrasi menawan yang membantu menghidupkan imajinasi mereka.

3 | Bahasa rumit

Jika anak belum suka membaca buku, coba periksa jangan-jangan bahasa yang digunakan untuk menyampaikan materi terlalu rumit sehingga sulit mereka pahami. Menulis buku anak jelas bukan pekerjaan mudah. Pada beberapa kasus, buku anak-anak yang ditulis oleh orang dewasa tak jarang bersifat menggurui dengan bahasa yang jauh dari anak-anak. Kalimat-kalimat panjang dan pilihan kata yang kurang akrab bagi anak-anak adalah kendala yang jarang diperhatikan oleh penulis buku anak. Bahasa mudah dan lugas harus hadir dalam buku anak-anak apalagi untuk segmen pembaca belia.

4 | Butuh pendampingan

Anak-anak tertentu kadang merasa lebih nyaman dan menikmati proses membaca ketika ada orangtua atau orang dewasa yang turut mendampingi. Kehadiran orangtua di sisi mereka memberikan sugesti positif bahwa aktivitas mereka direstui. Lebih jauh lagi, mereka bisa bertanya apa saja saat menemukan kesulitan sekaligus mendapatkan kenyamanan karena ia merasa diperhatikan dan disayangi lewat pendampingan tersebut. Jadi tak ada salahnya untuk meluangkan waktu saat anak membaca buku.

5 | Perlunya model

Anak boleh saja lancar membaca dan punya kemampuan memadai untuk memahami berbagai jenis bacaan dengan mudah. Namun itu bukan jaminan ia akan keranjingan membaca selama ia tidak berada dalam lingkungan kondusif yang mendukung hobinya. Agak sulit membayangkan ia akan suka membaca jika orangtuanya lebih sering terlihat asyik mengakses ponsel pintar (smartphone) daripada menikmati bacaan, apalagi mendampingi si anak membaca. Cukup mustahil anak akan larut dalam bacaan jikalau orang dewasa di sekitarnya tampak enggan melakukan hal serupa.
Untuk kasus ini saya teringat pada keluarga besar Helvy Tiana Rosa. Abdurrahman Faiz yang piawai menggubah puisi adalah anak yang sangat suka membaca. Ia terpikat oleh bacaan karena melihat kedua orangtuanya yang tampak keren ke mana-mana membawa buku, terutama di lingkungan rumah. Pemandangan itu menimbulkan impresi positif berarti bagi Faiz sehingga ia mengikuti jejak kedua orangtuanya untuk suka membaca dan mencintai literasi.
Ternyata alasan mengapa anak tak suka membaca buku bisa dicari penyebabnya. Harus berhati-hati untuk melabeli anak pemalas atau bodoh hanya karena ia tak tergugah untuk membaca. Jangan cepat menghakimi anak tak doyan buku sebelum kita menelisik alasan kenapa mereka ogah membaca. Jangan-jangan kita sendiri hanya mengharap dan bermimpi mereka ketagihan membaca tanpa pernah terlibat dalam keasyikan yang sama.

Share:

Life Beyond Expectation: Tentang Kebaikan Berbagi dan Cara Mewariskannya

Saya selalu meyakini bahwa hidup saya ini susuk. Saya tidak memiringkan kata susuk karena ia sudah termasuk lema dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Ada banyak pengertian susuk dalam KBBI, tetapi saya memilih definisi susuk dalam bahasa Jawa karena sesuai dengan konteks yang saya bahas. Susuk berarti uang kembalian, yakni uang sisa pembayaran yang harus diserahkan kepada pembeli sebab nominalnya melebihi nilai transaksi.

Saya sebut hidup saya susuk karena banyak sekali yang terjadi di luar ekspektasi atau harapan pribadi. Saya pakai kata susuk untuk menggambarkan pengalaman hidup sebab kejadian demi kejadian begitu luar biasa, melebihi apa yang saya bayangkan. Agar lebih jelas, izinkan saya mengelaborasi dengan menampilkan beberapa contoh riil.

Sebut saja status saya sebagai suami. Saya tak pernah berpikir akan bisa menikah lantaran merasa tak punya wajah menawan atau kelebihan yang bisa diunggulkan. Entah kemampuan atau kekayaan, dua-duanya rasanya jauh dari kapasitas saya. Sudah pasrah untuk hidup melajang salah satunya juga pernah kecewa karena gagal menikah.

Semua berubah ketika usia menginjak 26 tahun; saya bertemu calon istri di tempat kerja—suatu kantor penerbitan di bilangan Ciawi, Bogor. Dia mau menerima saya apa adanya, dan saya ibarat mendapat durian runtuh karena mendapat jodoh tak terduga. Rezeki tak ternilai sebab kami akhirnya menikah. Istri saya seorang penyintas kanker payudara yang telah bertahun-tahun menjalani terapi setelah gagal berumah tangga akibat KDRT.

MELAMPAUI IMPIAN

Saya sendiri sejak kecil sering sekali sakit-sakitan. Masih jelas terngiang ujar mendiang ayah dulu, “Kalau kita diuji dengan sering sakit, insyaallah kita akan diberi kelebihan nanti.” Saya hidup dengan optimisme itu sampai suatu titik saya menyadari, atau tergoda menyimpulkan, “Jangan-jangan kelebihanku ya karena sering sakit itu. Tak lebih.” Mungkin terdengar seperti seorang fatalis, tapi itulah yang terjadi sampai saya menikah.

Delapan tahun didera ISK alias Infeksi Saluran Kemih yang sangat menyiksa bukanlah perkara mudah bagi saya. Bisa bekerja di Bogor sejak tahun 2006 sungguh sebuah anugerah. Tahun 2005 pernah ada tawaran kerja ke Sumatera tapi harus saya batalkan akibat keterbatasan sakit ISK itu. Sewaktu masih di Bogor pun sempat ditawari bekerja di lembaga pembiayaan yang berbasis di Amerika untuk bekerja di perwakilan Jakarta. Sayangnya jam bekerja tidak memungkinkan sehingga tawaran itu pun melayang.

Intinya pernikahan kami sungguh sebuah nikmat tak terkira. It’s completely beyond our expectation or wildest dream. Maka tak ada alasan untuk tak bersyukur atas rezeki berupa jodoh. Kami semakin bersyukur ketika Allah menganugerahi dua jagoan lucu yang kini duduk di kelas 3 dan 1 SD. Rasa syukur tak henti kami panjatkan sebab kami sudah sumeleh, sudah pasrah untuk tak memiliki momongan. 

Semua itu lantaran kondisi kesehatan kami masing-masing. Istri telah menjalani medikasi selama dua tahun dengan banyak asupan obat yang disinyalir memengaruhi kesehatan reproduksinya. Sementara saya sendiri hidup dengan ISK sudah selama 20 tahun. Keadaan semacam itu menjadi permakluman bahwa kami tak berani mengharapkan keturunan. 

Sebab itulah kami sebut hidup kami susuk, sudah melebihi ekspektasi: dengan diberi pasangan yang saling menguatkan dan bahkan dua anak yang menjadi pewaris kebaikan. Sejak saat itulah kami bertekad untuk #menebarkebaikan sebab kami diberikan lebih dari apa yang kami idamkan.  

KURSUS BAHASA INGGRIS GRATIS

Langkah kecil kami dimulai dengan mendirikan Bright English Institute (BEI) di Kampung Cibolang, Desa Banjarwangi Kecamatan Ciawi. Anak-anak kompleks dan kampung sebelah rata-rata berasal dari kalangan ke bawah. Orangtua mereka bekerja sebagai tukang ojek, buruh tani, buruh pabrik, satpam, penjual cilok, dan semacamnya. Maka kami gratiskan belajar bahasa Inggris di BEI.

Anak-anak senang sekali belajar di sana sampai berjalan sekitar 3 tahun karena kami harus pindah rumah. Setiap Minggu sore mereka bersemangat datang untuk belajar dan bermain bersama di rumah kami yang mungil. Sesekali orangtua mereka menitipkan bawang merah, jagung manis, rengginang, dan aneka sayur atau buah dari kampung. Kami gembira karena itu berarti orangtua turut serta memikirkan pendidikan anak mereka.

Pengalaman secuil itu mengajarkan kami tentang kebaikan berbagi. Tentang betapa perbuatan sekecil apa pun punya manfaat yang sangat berarti bagi orang lain, bahkan saat kita tak menyadarinya. Kami mulai menyadari bahwa fakta-fakta tentang kebaikan mulai menampakkan diri dan harus kami yakini kebenarannya. 

1 | Kebaikan itu menular

Bukan hanya peserta didik yang kegirangan, tapi ada satu rekan kantor yang datang hampir pada setiap kesempatan setiap pekan. Rekan editor ini asli Solo dan sayalah dulu yang membimbingnya saat ia kali pertama bergabung di perusahaan. Jadilah hubungan kami cukup erat. Ia pun bersahabat dengan istri saya.



Sesekali ia mendapat giliran mengajar saat saya berhalangan. Pengalaman itu rupanya membekas di hatinya. Setelah BEI terhenti, ia kemudian aktif di komunitas Anak Manggarai yang ia kenal dari Jambore Anak Jalanan. Sampai sekarang ia masih aktif mengajar di sana dan tak lelah berjeraring dalam kebaikan.

Banjir tak terduga

Kebaikan yang menular juga terbukti belum lama ini. Sepekan yang lalu kami sekeluarga mendapat musibah. Sungguh tak terduga jika kami harus kebanjiran. Hujan deras selama tiga hari berturut-turut, ditambah drainase perumahan yang burukjuga jebolnya tanggul di kampung sebelahturut memperparah banjir tahun ini. Tahun lalu air hanya tergenang di jalan depan rumah, tapi minggu lalu air masuk ke rumah hingga 20 cm.


Akhirnya kami mengungsi ke rumah ibu. Untunglah hanya beda kecamatan, yang bisa kami tempuh sekitar 20 menit dengan menumpang kendaraan adik ipar. Malam hari setelah mengungsi, saya sempat mengunggah kondisi banjir di status WhatsApp (WA). Rupanya seorang teman bloger asal Sidoarjo membaca status tersebut.

Ia lantas mengirimkan pesan berisi simpati atas musibah yang kami alami. Sebagai bentuk pertolongan, ia menawari saya pekerjaan di medsos, bidang yang memang saya geluti selain blogging. Saya tentu langsung menyambut tawarannya dan menceritakan bahwa fee-nya akan saya manfaatkan untuk membeli nasi bungkus. Terbayang nasib para tetangga dan teman yang tak punya tempat mengungsi di tengah banjir. Nasi siap santap akan sangat menyenangkan hati mereka.

Di luar dugaan, teman bloger tadi bersedia mengirimkan fee seketika itu juga bahkan sebelum tugas saya rampungkan. Setelah mengirimkan nomor rekening, dia mengonfirmasi pentransferan. Yang bikin mata terbelalak, uang yang ia kirimkan ternyata dua kali lipat dari nominal fee. Lewat WA ia berkirim pesan lagi bahwa sisa uang ingin ia sumbangkan untuk teman-teman saya yang terdampak banjir. Subhanallah, mendadak mata saya meleleh karena terharu.

50 nasi bungkus 

Terbukti betul bahwa kebaikan memang menular. Saya segera memesan nasi bungkus untuk dibagikan esoknya. Karena menumpang di rumah adik, saya pun meminta rekomendasi di mana saya bisa memesan nasi bungkus yang enak dan cepat. Dia sigap memesankan ke langganannya yang ternyata sanggup memasak untuk esok pagi.

Tanpa saya sangka, adik memesan nasi bungkus jauh lebih banyak dari honor saya plus titipan donasi dari teman bloger. Total ada 50 nasi bungkus yang bisa saya bagikan besok siangnya. Adik hanya mengangguk sambil tersenyum saat saya tanya apakah ia menambah uang pada nasi yang dipesan sehingga jumlahnya membengkak cukup banyak. Alhamdulillaah....  


Nasi bungkus di saat banjir, mengusir lapar berkat donasi.

2 | Kebaikan itu menghadirkan solusi

Akhir tahun 2016 kami harus pindah ke Lamongan, meninggalkan Bogor yang telah kami huni selama sebelas tahun. Demi dekat dengan ibu, kami pun segera memilah barang-barang, mengemas mana yang bisa dibawa dan menghibahkan untuk teman atau tetangga. Masalah muncul ketika sebagian besar barang telah siap tapi moda pengangkut belum juga kami dapatkan.

Menyewa truk ekspedisi bisa saja solusi terbaik karena praktis dan tepercaya. Namun setelah browsing di Internet dan tanya sana-sini, biaya pindahan menggunakan truk jasa logistik resmi semacam itu ternyata cukup besarpadahal kami sedang melakukan pengiritan. Nominal pengiriman bisa kami manfaatkan untuk kehidupan baru nanti di kota tujuan.

Tunggakan SPP jutaan rupiah

Di tengah kebingungan, Bu Karminatetangga dari kampung sebelahberkunjung suatu pagi. Ia datang untuk meminta pekerjaan domestik. Ia setengah memaksa; mau mengepel, menyapu, menyeterika, bersih-bersih, pokoknya apa pun demi dapat uang guna membayar tunggakan SPP anaknya. Suaminya sudah beberapa hari tak mengayuh becak karena becaknya rusak. Anak SMK-nya tak mau sekolah karena malu telah menunggak berbulan-bulan. 

Kami sebagai freelancer tak punya banyak uang. Istri akhirnya mengangsurkan sedikit uang agar Bu Karmina bisa membeli beras untuk beberapa hari. Senyum membuncah di wajahnya. Namun hati kami kecut sebab tak bisa membantu banyak. Saya lantas teringat sebuah Lembaga Amil Zakat (LAZ) tak jauh dari rumah. Kami kebetulan jadi donatur untuk anak asuh di sana.



Segera saya meluncur ke kantornya dan menceritakan masalah Bu Karmina. Mereka berjanji menindaklanjuti walau tak menyanggupi menutup seluruh tunggakan. Tak lama berselang, tim LAZ lalu menyambangi Bu Karmina untuk mendata dan wawancara. Sungguh tak terduga, lembaga itu ternyata berkenan melunasi seluruh tunggakan. Bu Karmina pun datang ke rumah untuk tak hentinya berterima kasih.

Kisah Bu Karmina adalah bukti betapa besar manfaat zakat untuk mengatasi masalah umat. Problem pendidikan yanag dialami anak Bu Karmina bisa dipandang sebagai beasiswa karena sebagian ulama membolehkan jatah fi sabilillah untuk kebutuhan beasiswa, apalagi Bu Karmina termasuk kategori keluarga miskin.


Truk pindah murah meriah

Beberapa hari kemudian, kakak menelepon bahwa dia berhasil mendapatkan truk dengan harga terjangkau. Truk itu membawa sayur dari Banyuwangi ke Jakarta sehingga saya bisa memanfaatkannya untuk mengangkut barang-barang, termasuk motor. Syukur alhamdulillah, truk itu pun datang akhir Januari 2017 dalam keadaan bersih dan prima. Barang-barang saya meluncur dari Bogor dan tiba di Lamongan dengan selamat sehari kemudian.


3 | Kebaikan itu mendatangkan rezeki

Bukan rahasia lagi, berbuat baik mampu mendatangkan rezeki tak disangka-sangka. Pengalaman saya pribadi menegaskannya. Untuk rezeki dalam hal ini, yang saya maksud tentunya luas maknanya. Bukan cuma uang, tapi juga barang atau kesempatan.

Amplop berisi uang

September tahun lalu si bungsu ikut khitanan massal di Masjid Namira yang masyhur itu. Seperti biasa, setiap Jumat pagi saya ikut berbagi nasi bungkus lewat komunitas yang saya ikuti selama dua tahun, yakni Nasi Bungkus Community. Sebetulnya, badan agak meriang sehingga rasa malas menggelayuti. 

Saya tetap pergi karena Jumat pagi jarang ada relawan yang bisa hadir lantaran berbagai kesibukan. Biasanya hanya ada dua atau tiga, antara lain saya dan bendahara. Saat pamit pulang selepas ngider nasi, dia mengulurkan amplop untuk anak saya yang baru dikhitan. Saat dibuka di rumah, wow, jumlahnya besar sekali. Andai saya batal berangkat ngider, mungkin rezeki sebesar itu akan melayang. Mungkin....

Honor dibayar dengan cepat

Langkah saya lunglai ketika naik kereta dari Surabaya ke Lamongan setelah reportase sebuah acara. Lesu karena saldo ATM menipis sementara fee banyak yang mundur. Wajah saya mendadak semringah ketika sebuah email mengabari saya lolos untuk menulis tema tertentu. Faktor kelolosan utama adalah punya page khusus di blog yang membahas pembelajaran bahasa Inggris.

Saya ingat pernah membuat page bertajuk English Nook berisi pembelajaran bahasa Inggris gratis yang bisa dimanfaatkan teman-teman bloger lain atau pembaca umum untuk bertanya apa saja seputar bahasa Inggris. Tak dinyana ternyata page itu mendatangkan rezeki; honor lumayan dan bahkan dibayarkan hanya beberapa hari begitu tulisan saya selesaikan. 

Pengusiran yang memilukan

Bulan Oktober saya bertolak ke Pemalang Jawa Tengah untuk mengikuti Kelas Inspirasi (KI) di sana. Ini adalah KI ketiga yang saya ikuti, setelah Lamongan dan Ponorogo. Sayangnya saldo sedang tipis tapi saya mesti berangkat sebab sudah dinyatakan lolos. Berangkat dengan biaya sendiri, pulang pergi naik kereta.


Kelas Inspirasi Pemalang #3 meninggalkan pengalaman dan kesan sangat mendalam.

Untunglah, saat transit di Semarang untuk Jumatan seorang teman kuliah yang sedang mudik berkenan menjemput di stasiun dan mentraktir saya makan sepuasnya. Setiba di Pemalang seorang teman bloger asal Pemalang menghadiahi saya satu karton besar berisi teh tubruk melati yang memang kami gemari. Masyaallah, apakah traktiran dan hadiah teh akan tetap saya terima andai saya tak beranjak ke Pemalang?

Yang tak terlupakan adalah insiden pengusiran oleh ayah seorang relawan. Lazimnya relawan Kelas Inspirasi dipersilakan menginap di rumah relawan setempat untuk menunggu jadwal keberangkatan kereta yang tak jarang bertolak Subuh hari. Sayang sekali selepas magrib ayah teman ini menolak kehadiran saya. Alasannya karena mereka belum mengenal saya betul-betul. Belum lama ini, menurut sang ayah dalam bahasa Jawa Ngapak yang saya pahami, ada kasus penyisipan narkoba di rumah warga akibat menerima tamu asing yang menginap. 

Rupanya saya dicurigai dan memang beliau belum mengenal dunia kerelawanan. Saya bahkan sempat diminta menyerahkan KTP. Saya pun melipir ke masjid sebelah rumahnya untuk ikut shalat Isya karena rumahnya sedang langka air. Kalut, saya pun mengontak panitia lokal agar mencarikan solusi mengingat saya tak punya dana untuk menginap di hotel atau homestay sekalipun. Syukurlah, Pak Harun selaku sesepuh KI Pemalang berkenan menampung saya di rukonya. Saya bisa beristirahat di antara deretan laptop karena ruko itu adalah tempat servis laptop dkk.

Paket besar dari Jakarta


Selepas Subuh saya meluncur ke Semarang naik kereta, disambung kereta lain menuju Lamongan. Tiba di rumah, pengalaman nano-nano itu saya kisahkan kepada istri yang justru memberi saya selamat. Itu pengalaman berharga, katanya. Ucapan selamat kedua adalah atas diterimanya dua paket dari Jakarta. Begitu membuka peti kayu itu dan melihat isinya, saya kegirangan dan langsung bersujud.

Sebuah smartwatch canggih dan kamera mirrorless tampak memesona di dalamnya. Sungguh tak terduga jika barang ini akhirnya datang. Enam bulan sebelumnya saya dan istri ikut program menulis di portal Ramadhan milik sebuah merek produk consumer yang berskala global. Hadiah yang dijanjikan tak kunjung dikirim bahkan sempat tak ada kejelasan sehingga kami merelakannyatak berani berharap lagi.

Jika akhirnya paket itu datang, itu mungkin buah aksi kerelawanan sebagai pelicin atau booster agar hadiah itu benar-benar datang. Dua hari kemudian dua paket lebih besar datang dari perusahaan yang sama; berisi mixer dan magic com digital yang multifungsi. Jangan tanya betapa gembiranya kami dengan rezeki ini. Sebagian kami uangkan, sebagian lagi dipakai oleh adik di rumah ibu.

Apakah ada alasan untuk menunda saat kita mampu menebar kebaikan?   

4 | Kebaikan itu menghadirkan inspirasi dan mengayakan hati

Fakta lain tentang kebaikan adalah bahwa ia mampu menginspirasi siapa pun, entah relawan atau donaturnya. Ini terbukti dari pengalaman saya ikut KI di Pemalang. Pak Harun yang sempat menampung saya di rukonya ternyata lelaki hebat. Beliau tak punya anak, tapi berkomitmen untuk membekali anak-anak muda dengan keterampilan. Dia cari siapa pun yang mau belajar tentang reparasi laptop untuk ikut minimal 5 tahun. Disekolahkan pula, makan pun gratis sepuasnya. 

Pak Harun membagikan kisah kesuksesan dan membangun semangat kemandirian.

Untuk mereka disediakan kos khusus, terpisah laki-laki dan perempuan dan bahkan akan digaji setiap bulan yang nilainya besar untuk ukuran Pemalang. Apalagi gaji itu utuh mengingat makan mereka gratis dan masih ditambah bonus pengerjaan setiap kali mereka tuntas atau berhasil mereparasi laptop dari pelanggan. 

Saya bergumam, "Wah, enak betul!"  Saya menyerap energi positif dari Pak Harun bahwa kebaikan berbagi menular dan menginspirasi. Fragmen itu sungguh mengayakan hati. Pak Harun adalah contoh lelaki yang nyata menebar kebaikan demi membangun kemandirian. Kepeduliannya tanpa pamrih karena didasari cinta kasih.

5 | Kebaikan itu menyehatkan


Saya pernah cerita tentang pasutri tetangga yang kaya raya di dusun kami. Pak Mo dan Bu Mosebut saja nama mereka demikian. Sebagai orang terkaya, mereka rajin bersedekah dan membantu sesama. Masjid dan panti mereka tolong, tetangga yang tak mampu mereka dukung agar mandiri. Allah rupanya menguji keduanya dengan penyakit: Pak Mo kena diabetes sementara Bu Mo menderita sakit empedubahkan pernah dioperasi.

Namun tak sekali pun terdengar keluhan dari mereka akibat penyakit itu. Bahkan saya tak pernah melihat pendar kesedihan atau rasa sakit setiap kali bertemu mereka. Saya yakin itu berkat kemurahan hati mereka sehingga Allah tetap memelihara mereka dalam kelapangan rezeki dan kebugaran raga meskipun diuji sakit. Saya yakin kebaikan berbagi telah berkontribusi pada kesehatan meeka hingga kini. Sebagaimana saya sendiri yang merasa semakin sehat saat bersedekah selepas Subuh setelah mendengar tausiyah Syaikh Jabir di televisi walaupun masih sulit konsisten.

6 | Kebaikan itu menenteramkan hati

Berbuat baik, dalam bentuk apa punentah uang, tenaga, atau pikiranselalu membuat hati tenteram. Pikiran tenang dan hati adem, itulah yang terasa setiap kali menuntaskan aktivitas sosial di mana pun. Tahun 2012 kami pernah kelaparanhanya pegang uang 10.000akibat honor mengedit dan menerjemahkan buku yang tak kunjung dibayar. Padahal si bungsu baru seminggu lahir dan motor kami yang sudah lunas dicuri orang saat belanja di minimarket.

Itulah alasan saya ikut aneka kegiatan berbagi nasi, seperti Bernas di Bogor dan NBC di Lamongan. Orang kelaparan sangat menyedihkan, tak berani meminta tapi perut melilit seolah tiada harapan. Kalau tak menjaga hati, bisa-bisa bertindak kejahatan atau rela meninggal dunia seperti yang terjadi di Tangerang beberapa waktu lalu akibat kelaparan. Sungguh tragis jika ada orang yang perutnya sakit karena kelaparan sementara orang lain sakit perut karena kekenyangan.

Perasaan itulah yang melingkupi jiwa raga serampung membagikan nasi atau bantuan lain baik bersama komunitas maupun secara pribadi. Ada kepuasan yang tak tergambar dalam kata-kata tatkala melihat senyuman orang-orang yang menerima. Sama bahagianya ketika saya tuntas mendongeng di depan anak-anak korban gempa di Desa Cibunian Kecmatan Pamijahan Bogor akhir 2013 silam. 


Andil kecil untuk menumbuhkan semangat agar tidak kerdil.

Atas ajakan sebuah LAZ, saya berangkat bersama dengan membawa alat peraga dan buku-buku cerita untuk dibagikan di sana. Bukan hanya antusias mendengarkan dongeng agar mereka tidak trauma, anak-anak juga semringah ketika menerima hadiah tas sekolah beserta alat tulis, juga susu, sosis, mi instan, dan amplop berisi uang. Adakah yang lebih menenteramkan dibanding kepuasan batin melihat keceriaan wajah mereka di dataran tinggi yang sejuk itu yang jalannya terjal berkelok di sisi jurang nan tajam?   

CARA MEWARISKAN KEBIASAAN BERBAGI

1 – Menonton video atau tayangan teladan

Sebagai generasi Z yang sering dibilang sebagai digital natives, anak-anak perlu didorong untuk mengikuti kebiasaan berbagi melalui media digital, seperti video di Youtube atau aplikasi yang mendidik. Jika tersaji secara visual dengan warna memikat dan gerak yang dinamis, juga audio yang mumpuni, mereka akan cenderung tertarik dibanding membaca buku misalnya. Ini tentu saja bukan mengurangi peran buku, melainkan langkah awal saja. 

Dua anak kami sangat menikmati serial animasi Nusa di kanal Youtube dan tak jenuh memutar tayangan lagu Waheshna yang dibawakan oleh Maher Zain. Bagian paling menyentuh tentulah saat bapak penjaja jagung memberikan jagung gratis kepada anak yang tak bisa membayar—yang patut diduga anak yatim atau dhuafa. Anak-anak lain yang turut membeli lalu menyadari bahwa bapak pemurah ini ingin berangkat ke Tanah Suci. Mereka lantas sepakat untuk menggalang dana dan mengutarakan niat itu kepada orangtua.



Gayung bersambut, para orang dewasa mendukung ide itu sepenuhnya. Oh, sungguh mengharukan ketika anak-anak berhati malaikat ini berhasil menghimpun dana dan membelikan tiket umrah untuk bapak penjual jagung yang ingin berjumpa Kakbah. Diputar berulang, dengan melodi yang rancak, lagu ini sering membuat saya menitikkan airmata. Takjub akan kebaikan anak-anak yang berinisiatif berbuat baik, juga karena saya merindukan Kakbah seperti sang bapak.

2 – Ajak ke lapangan

Cara berikutnya adalah mengajak anak-anak untuk terjun langsung ke lapangan. Dahulu ketika masih aktif di Bernas (Berbagi Nasi) Bogor, sesekali kami libatkan anak-anak saat kami menyisir jalanan Bogor pada malam hari setiap Jumat pekan kedua dan keempat. Mereka turut mengangsurkan nasi untuk orang-orang tak beruntung, yang menginap di emperan toko sepanjang Jalan Suryakencana—atau yang rebahan karena sakit di emperan ruko Jl. Merdeka tak jauh dari Stasiun Bogor.

Cara itu terbilang ampuh. Mereka tak perlu mendapat penjelasan yang menggurui sebab telah melihat secara langsung dan memberikan penilaian sendiri. Menolong orang tidak butuh bahasa yang rumit. Meringankan beban sesama tak butuh langkah jelimet agar bisa sampai. Bahasa kasih sayang begitu gamblang dan lugas apa adanya sehingga anak-anak pun bisa dilibatkan dengan tetap bersyukur dan percaya diri.   

3 – Mengenalkan pada sosok pemurah

Setelah menikmati video inspiratif dan punya pengalaman terjun langsung untuk berlatih bersedekah, anak-anak bisa dikenalkan kepada orang atau sosok yang bisa mereka teladani. Berbeda dengan tayangan video karena seolah ada jarak, lewat cara ini anak-anak dapat berinteraksi langsung dengan sosok pemurah itu. Tak harus orang yang punya nama atau popularitas secara sosial. Tetangga atau teman kita sendiri pun cukup.

Selain pada pemilik Masjid Namira yang sangat baik hati, saya mengenalkan anak-anak pada bendahara NBC yang juga pemurah, bukan hanya kepada karyawannya sendiri tetapi juga pada rekan sesama relawan dan orang asing. Dia memang ringan tangan, tak segan memberi atau membantu. Dulu dia bekerja di bank konvensional dengan gaji besar lalu berhenti karena konon ingin menjauhi praktik ribawi. Kebetulan ia punya usaha sehingga jadi tempat orang meminjam uang. Selain di NBC, ia pun aktif sebagai relawan di Masjid Namira yang fenomenal itu. Ramadhan tahun ia setidaknya belasan juta ia gelontorkan untuk paket sembako buat dhuafa yang terdampak Corona.  

4 – Menabung untuk beramal

Langkah yang tak kalah produktif adalah mengajak anak menabung dengan tujuan beramal. Saya sebut produktif karena manfaatnya berlipat. Selain membangun pribadi hemat dengan menahan keinginan, menabung akan memudahkan mereka menyumbang dalam jumlah besar—tentu sesuai kekuatan logis mereka. Ada kebanggaan tersendiri saat mereka menyisihkan uang untuk kegiatan amal. Entah untuk korban bencana atau bahkan sesederhana mentraktir temen sekelas yang tak punya ayah.

Agar lebih bersemangat, tak ada salahnya kita tawarkan reward atau imbalan jika target tertentu tercapai. Imbalan tak harus berupa uang, tapi menyangkut hal yang mereka sukai. Misalnya ditraktir di kedai favorit sepuasnya, dibelikan buku sesuai keinginan, atau dibantu membeli mainan yang selama ini diincar. Dengan cara seperti ini, mereka akan belajar menahan diri sekaligus berempati sehingga perlahan-lahan memahami makna berbagi.

5 – Tokoh sejarah penyayang

Kiat lain yang kami terapkan agar anak semangat berbagi adalah lewat perkenalan dengan tokoh-tokoh penting dalam sejarah. Penting di sini maksudnya punya kualitas unggul yang layak diteladani. Entah lewat buku atau browsing di Internet, mereka sama-sama menikmati. Yang paling sering tentu sejarah Nabi Muhammad dan para sahabat yang terkenal pemurah dan penuh kasih sayang. Dilanjutkan dengan para pengikut yang lebih jauh hingga nama-nama yang sering diceritakan dalam buku tasawuf atau kisah teladan.

Menebar kebaikan adalah gerakan lintas wilayah dan keyakinan. Tak terbatas oleh sekat geografis, agama, atau kebangsaan. Tokoh-tokoh terkenal seperti Mother Theresa, Jack Ma, atau filantropis dunia seperti Bill Gates juga bisa menjadi sumber inspirasi agar cakrawala berpikir mereka berkembang luas dan semangat menebar kebaikan semakin membuncah tanpa khawatir menderita hanya karena membantu sesama sebab contoh-contoh nyata telah hadir begitu meyakinkan. Apalagi melihat Bill Gates yang bukan hanya gemar beramal, tetapi juga pebisnis dan ilmuwan yang bisa memantik kreativitas mereka untuk mengejar aspirasi yang sama.




Keluasan rezeki vs keluasan hati

Ternyata berbagi begitu menyenangkan, bahkan punya manfaatkan ganda bagi anak-anak saat tokoh yang diperkenalkan ternyata punya profesi yang mengagumkan. Melihat kembali perjalanan kami sebagai pasutri, hidup kami jelas beyond expectation: sungguh sangat kami syukuri karena begitu banyak yang kami peroleh tidak melulu dalam bentuk materi. Saya jadi merenungkan frasa yang sudah kadung populer dalam masyarakat sosial kita.

View this post on Instagram

Siapa yang tak sabar menyambut bulan suci Ramadhan? Saat pahala kita dilipatgandakan oleh Allah SWT dan bertabur berkah di dalamnya. Menyambutnya dengan bahagia, jangan lupa untuk laksanakan juga kewajiban berzakat. Agar harta bersih dan mengalirkan manfaat bagi yang melaksanakan ataupun yang menerimanya. Setiap 2,5% dari penghasilan atau harta yang kita miliki (sesuai ketentuan nisab), terdapat hak dari mereka yang tak mampu. Zakatmu yang disalurkan melalui lembaga, akan membantu mereka yang tidak mampu kembali berdaya. Di bulan ini, kami memberi hormat pada para perempuan yang berdaya untuk pengembangan ekonomi mandiri. Karena mereka juga adalah orang-orang yang terdampak secara ekonomi akibat pandemi corona. Tunaikan zakat awal waktu, melalui donasi.dompetdhuafa.org Bisa juga klik link di bio Atau melalui transfer bank: BNI Syariah 444.444.555.0 BCA 237.301.8881 A.n Yayasan Dompet Dhuafa Republika. #dompetdhuafa #menebarkebaikan #viruscorona #covid19 #covid19indonesia #melawancovid19 #CekalCorona #cegahtangkalcorona #CukupDariRumah #lawancovid19 #lawancorona #zakat #zakatdidompetdhuafa #zakatdompetdhuafa #zakatdikitaaja #kebaikanzakat
A post shared by #DompetDhuafa Lembaga Zakat (@dompetdhuafaorg) on

Selama ini kita akrab dengan kalimat, “Silakan yang punya keluasan rezeki untuk bisa menyumbang atau membantu saudara kita yang kekurangan.” Setelah dicek dengan kisah-kisah nyata di lapangan, ternyata frasa keluasan rezeki kurang tepat dipakai. Tak jarang saya lihat orang-orang yang tidak kaya—bahkan hidupnya sendiri pas-pasan—tetap mau beramal atau bersedekah. Sebaliknya, tak jarang pula orang yang berlimpah harta tapi pelit luar biasa sebab merasa hartanya baru sedikit dan takut berkurang kalau harus bederma.

Frasa yang tepat menurut saya adalah keluasan hati. Sebab kenyataan membuktikan bahwa jika hati seseorang begitu lapang, luas dalam menampung rahmat Allah, maka sesedikit apa pun hartanya maka ia akan tergerak untuk membantu. Kalau fokus pada tercapainya keluasan rezeki, mungkin akan sulit bagi kita untuk bisa berbagi lantaran merasa terus kurang dan kurang. Dengan demikian keluasan hati adalah sebuah sikap mental yang harus kita definisikan sendiri sebagai sebuah identitas yang membuat kita siap berbagi kapan saja, di mana saja, dalam kondisi apa saja. Insyaallah!  

Share:

Sample Text

Copyright © biografi seorang pelupa | Powered by Blogger Design by ronangelo | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com