Mengapa anak tak suka membaca? Ini pertanyaan penting yang sering diajukan orangtua. Pertanyaan itu muncul lantaran orangtua merasa sudah membelikan banyak buku untuk anak tetapi anak tak terlihat suka membacanya. Tak bisa dimungkiri punya anak yang hobi membaca memang menyenangkan. Ini terbukti pada kedua anak kami, Duo Xi. Xi sulung mulai tertarik belajar membaca karena sewaktu di Bogor banyak buku bergambar sementara ia tak bisa membacanya. Akhirnya ia minta diajari membaca dan bisa baca bahkan sebelum masuk TK.
Xi bungsu
menyusul jejak kakaknya. Tak mau ketinggalan, komik atau buku bergambar ia baca
di waktu luang. Bahkan saat sedang makan pun ia sempatkan membaca buku. Apalagi
jika buku yang ia baca sangat digemari, misalnya karena memiliki tokoh yang
unik atau konyol. Kami membebaskan mereka sebab menyadari betul bahwa banyak
sekali manfaat yang dipetik dari akvititas membaca. Bukan hanya menambah
pengetahuan dan kosakata baru, membaca buku juga menjadi pengalaman berharga
karena anak seolah berpetualang di dunia baru dan mendapatkan hal-hal asing dibanding
jika dia sibuk bermain gawai atau gadget.
Masalahnya,
mendorong anak agar suka membaca buku bukanlah persoalan mudah. Tak jarang
orangtua kelimpungan mencari cara agar anak mereka ketagihan membaca dengan
membelikan buku-buku yang banyak. Saya
terpikir bahwa beberapa hal berikut ini boleh jadi penyebab mengapa anak-anak
kurang tergerak untuk menikmati bacaan.
1 | Tema tidak menarik
Setiap anak punya preferensi dan minat spesifik terhadap hal
tertentu yang boleh jadi berbeda dengan anak lainnya. Anak yang tak mau membaca
buku sangat mungkin karena tema atau isi buku belum menarik perhatiannya.
Mungkin saja ia penggemar robot sehingga merasa tak menikmati bacaan berbau
sains yang mengandung banyak istilah teknis yang membosankan. Boleh jadi ia
penyuka dunia fantasi berbau petualangan sehingga akan enggan membaca komik
biografi, misalnya.
2 | Terlalu banyak teks
Anak-anak cenderung menikmati tampilan visual pada buku.
Mereka mudah terpikat oleh hal-hal yang secara fisik tampak memukau apalagi
dinamis. Bukan hanya anak-anak, orang dewasa pun sebenarnya demikian. Terbukti
dengan merebaknya buku mewarnai yang kini digemari pembaca dewasa. Anak-anak
menikmati buku dengan halaman-halaman berisi gambar atraktif dan
berwarna-warni. Inilah alasannya buku untuk pembaca anak-anak sering disajikan
dengan ilustrasi menawan yang membantu menghidupkan imajinasi mereka.
3 | Bahasa rumit
Jika anak belum suka membaca buku, coba periksa jangan-jangan
bahasa yang digunakan untuk menyampaikan materi terlalu rumit sehingga sulit
mereka pahami. Menulis buku anak jelas bukan pekerjaan mudah. Pada beberapa
kasus, buku anak-anak yang ditulis oleh orang dewasa tak jarang bersifat
menggurui dengan bahasa yang jauh dari anak-anak. Kalimat-kalimat panjang dan
pilihan kata yang kurang akrab bagi anak-anak adalah kendala yang jarang
diperhatikan oleh penulis buku anak. Bahasa mudah dan lugas harus hadir dalam
buku anak-anak apalagi untuk segmen pembaca belia.
4 | Butuh pendampingan
Anak-anak tertentu kadang merasa lebih nyaman dan menikmati
proses membaca ketika ada orangtua atau orang dewasa yang turut mendampingi.
Kehadiran orangtua di sisi mereka memberikan sugesti positif bahwa aktivitas mereka
direstui. Lebih jauh lagi, mereka bisa bertanya apa saja saat menemukan
kesulitan sekaligus mendapatkan kenyamanan karena ia merasa diperhatikan dan
disayangi lewat pendampingan tersebut. Jadi tak ada salahnya untuk meluangkan
waktu saat anak membaca buku.
5 | Perlunya model
Anak boleh saja lancar membaca dan punya kemampuan
memadai untuk memahami berbagai jenis bacaan dengan mudah. Namun itu bukan
jaminan ia akan keranjingan membaca selama ia tidak berada dalam lingkungan
kondusif yang mendukung hobinya. Agak sulit membayangkan ia akan suka membaca
jika orangtuanya lebih sering terlihat asyik mengakses ponsel pintar (smartphone)
daripada menikmati bacaan, apalagi mendampingi si anak membaca. Cukup mustahil anak
akan larut dalam bacaan jikalau orang dewasa di sekitarnya tampak enggan
melakukan hal serupa.
Untuk kasus ini saya teringat pada keluarga besar Helvy
Tiana Rosa. Abdurrahman Faiz yang piawai menggubah puisi adalah anak yang sangat
suka membaca. Ia terpikat oleh bacaan karena melihat kedua orangtuanya yang
tampak keren ke mana-mana membawa buku, terutama di lingkungan rumah.
Pemandangan itu menimbulkan impresi positif berarti bagi Faiz sehingga ia
mengikuti jejak kedua orangtuanya untuk suka membaca dan mencintai literasi.
Ternyata alasan mengapa anak tak suka membaca
buku bisa dicari penyebabnya. Harus berhati-hati untuk melabeli anak pemalas atau
bodoh hanya karena ia tak tergugah untuk membaca. Jangan cepat menghakimi anak
tak doyan buku sebelum kita menelisik alasan kenapa mereka ogah membaca.
Jangan-jangan kita sendiri hanya mengharap dan bermimpi mereka ketagihan
membaca tanpa pernah terlibat dalam keasyikan yang sama.
Menurutku penyertaan visual yang menarik di buku adalah yang paling disukai dan mudah disukai anak-anak.
ReplyDeleteRata-rata anak kecil selalu antusias melihat visual yang menurut mereka bagus dilhat, selanjutnya kita yang membantu mereka memberikan contoh cara membaca yang benar.
Betul sekali, Mas. Anak-anak mengenal dunia terlebih dahulu melalui gambar dan penampilan visik. Jadi pukauan berasal dari visual yang harus didesain sedemikian rupa,
DeleteModel tentu sangat penting ya, Kangmas. Bagaimana mungkin kepengin anaknya suka membaca buku, tapi orang tua hari-harinya hanya HP mulu, hehe...
ReplyDeleteBegitulah, Mas. Harus sama-sama belajar dan mau berkorban kalau anak mau ikut suka membaca.
Delete